HeadlineIHSG

Konglomerat Pemilik Cikarang Listrindo (POWR) yang Cari Utang Rp5,6 Triliun

TheEconopost.com, PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) mengumumkan penerbitan surat utang (senior notes) senilai USD 350 juta atau sekitar Rp5,6 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.200 per USD). Surat utang ini menawarkan tingkat bunga (yield) sebesar 5,65% per tahun dan memiliki jatuh tempo pada 12 Maret 2035. Surat utang ini diterbitkan kepada investor asing di luar Indonesia sesuai dengan ketentuan Rule 144A dan Regulation S dari Securities Act.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dikutip Minggu, 16 Maret 2025, emiten sektor kelistrikan ini menyatakan bahwa transaksi tersebut tergolong sebagai transaksi material sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 17/POJK.04/2020. Meski demikian, nilai transaksi yang mencapai sekitar 49,43% dari ekuitas perseroan tidak melebihi batas 50% sehingga tidak memerlukan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Manajemen POWR menyebutkan bahwa hasil penerbitan surat utang ini, setelah dikurangi biaya-biaya, akan digunakan untuk melunasi surat utang sebelumnya yang akan jatuh tempo pada 2026. Dengan strategi ini, perseroan berharap dapat memperpanjang profil jatuh tempo utang serta memperkuat likuiditas keuangan.

Dalam transaksi ini, POWR menunjuk Barclays Bank PLC, BNI Securities Pte. Ltd., serta Deutsche Bank AG, Singapore Branch sebagai Joint Lead Managers dan Joint Bookrunners, sementara Deutsche Bank Trust Company Americas bertindak sebagai trustee. Para bank investasi ini juga menyatakan komitmen sebagai pembeli awal.

Laporan penilaian kewajaran dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Kusnanto & Rekan menyimpulkan bahwa transaksi ini wajar dari sisi keuangan dan tidak berdampak negatif terhadap kondisi keuangan perseroan.

Hingga akhir 2024, POWR mencatatkan ekuitas sebesar USD 707,5 juta atau sekitar Rp11,04 triliun. Setelah transaksi ini, saldo kas perseroan berkurang menjadi USD 41,3 juta (Rp644 miliar) dari sebelumnya USD 191,3 juta (Rp2,98 triliun), dengan total utang meningkat menjadi USD 350 juta (Rp5,46 triliun).

Pemilik POWR

Prospektus yang sama mencatat, hingga akhir Februari 2025, pemegang saham POWR adalah para konglomerat properti Tanah Air. Mereka tampil dalam PT Brasali Industri Pratama (26,64%), PT Pentakencana Pakarperdana (26,64%), PT Udinda Wahanatama (30,48%), Masyarakat (14,64%) dan Saham Treasuri (1,6%).

Prospektus IPO TOWR pada 2026 menjelaskan, Udinda Wahanatama adalah perusahaan yang dikendalikan crazy rich Sutanto Joso (78,91%). Nama ini identik dengan sejumlah perusahaan raksasa seperti Supra Boga (RANC) yang sudah dijual ke Djarum (BELI) hingga Jababek (KIJA). Selain Sutanto, perusahaan ini dimiliki oleh sang anak Djeradjat Janto Joso (4,28%), dan Andrew Kukkutahlie Labbaika (16,81%).

Sedangkan crazy rich di balik Pentakencana Pakarperdana adalah Fenza Sofyan. Suami dari artis Annie Ibon dan ayah dari pembalap Dustin Sofyan itu juga pemegang saham PT Emdeki Utama Tbk (MDKI). Keluarga ini juga salah satu pemegang saham PT Metropolitan Kentjana Tbk. (MKPI) pengembang kawasan Pondok Indah.

 Konglomerat terakhir di balik POWR adalah keluarga Brasali melalui PT Brasali Industri Pratama. Dalam perusahaan induk ini, saham sudah terbagi rata setelah pendiri Budi Brasali meninggal. Saat IPO POWR, pemegang saham perusahaan induk ini adalah Marlena Dewi Brasali, Iwan Putra Brasali, Aldo Putra Brasali, dan Grace Dewi Brasali dengan kepemilikan masing-masing saham besar 25%.

Redaksi

Dukung kami untuk terus menyajikan konten bermanfaat dan memberi insight. Hubungi kami untuk konten di redaksi@theeconopost.com. Untuk kerja sama iklan dan promosi lainnya ke marketing@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com