Belajar dari Gaya Kepemimpinan Susi Pudjiastuti
oleh: Wuliandari Tri Putri dan Muhammad Faidzdiya Ul Haq Kharisma*
Terlahir pada tanggal 15 Januari 1965 di Pangandaran dengan nama lengkap Susi Pudjiastuti. Ia memiliki Ayah bernama Haji Ahmad Karlan serta ibu yang bernama Hajjah Suwuh Lasminah yang berasal dari Jawa Tengah. Keluarga dari Susi Pudjiastuti merupakan saudagar sapi dan kerbau, yang membawa ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya Haji Ireng dikenal sebagai tuan tanah. Selama karirnya, Susi Pudjiastuti mendirikan maskapai Susi Air dan sempat ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla per 26 Oktober 2014.
Susi Pudjiastuti, sebagai seorang pemimpin perempuan dengan gaya kepemimpinan yang kuat dan tegas, seringkali dikaitkan dengan gaya kepemimpinan yang dianggap “maskulin” dalam konteks budaya patriarki yang umumnya mengasosiasikan kepemimpinan yang kuat dan dominan dengan laki-laki.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa gaya kepemimpinan yang dianggap “maskulin” atau “feminin” sebenarnya bersifat stereotip dan tidak harus terkait dengan jenis kelamin seseorang.
Sebagai seorang pemimpin, Susi Pudjiastuti menunjukkan karakteristik-karakteristik yang melampaui batasan gender dan lebih berkaitan dengan kualitas kepemimpinan yang efektif. Beberapa gaya kepemimpinan yang seringkali dikaitkan dengan Susi Pudjiastuti, yang juga dapat dianggap “maskulin”.
Dalam konteks tersebut, antara lain pertama, ketegasan: Susi Pudjiastuti dikenal karena ketegasannya dalam mengambil keputusan dan menegakkan kebijakan. Dia tidak ragu untuk berdiri teguh pada prinsip-prinsipnya, bahkan jika itu berarti menghadapi tekanan atau kritik.
Kedua, Keberanian: sebagai seorang pemimpin, Susi Pudjiastuti menunjukkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan mengambil risiko untuk kepentingan yang lebih besar. Dia tidak takut untuk mengambil langkah-langkah drastis jika itu diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Serta ketiga, Kemandirian: Susi Pudjiastuti dikenal sebagai pemimpin yang mandiri dan tidak tergantung pada pandangan atau harapan orang lain. Dia memiliki keyakinan yang kuat pada dirinya sendiri dan kemampuannya untuk membuat keputusan yang tepat.
Meskipun gaya kepemimpinan ini seringkali dikaitkan dengan “maskulinitas” dalam budaya patriarki, penting untuk diingat bahwa kepemimpinan yang efektif tidak tergantung pada jenis kelamin atau stereotip gender. Apapun jenis kelaminnya, seorang pemimpin dapat memanifestasikan karakteristik-karakteristik ini untuk mencapai tujuan organisasional yang diinginkan.
Kepemimpinan Otoriter juga lekat dengan gaya kepemimpinan Susi Pudjiastuti di mana dia menunjukkan otoritas yang kuat dan tidak ragu untuk menegakkan keputusan-keputusannya dengan tegas. Lebih lanjut, Susi Pudjiastuti dinilai otoriter oleh beragam asosiasi perikanan dan nelayan karena kebijakannya saat menjadi menteri karena tidak melibatkan mereka serta diberlakukan tanpa sosialisasi.
Berbagai kebijakan Menteri Susi yang dikritik oleh para asosiasi perikanan adalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 56/2014, No. 57/2014, No. 58/2014, No. 1/2015, dan No. 2/2015. Sejumlah kebijakan itu antara lain terkait dengan moratorium perizinan kapal penangkap ikan, larangan transshipment (alih muatan di tengah laut), dan juga pembatasan sejumlah komoditas seperti lobster, serta pembatasan penyaluran BBM bersubsidi kepada kapal penangkap ikan.
Pandangan mengenai kepemimpinan Susi Pudjiastuti
Pro dan kontra mengenai kepemimpinan merupakan permasalahan yang terus terjadi di Indonesia. Masyarakat Indonesia cenderung belum bisa menerima jika seorang perempuan menempati jabatan tinggi di instansi public. Namun dalam implementasinya kepemimpinan perempuan pun dapat menjadi aset sosial bagi pembangunan bangsa. Selama masa kepemimpinannya, Susi Pudjiastuti dikenal memiliki sifat yang tegas, berani dan cenderung menghasilkan kebijakan yang out of the box. Salah satu kebijakan tersebut adalah penenggelaman kapal nelayan ilegal yang mencuri ikan di perairan Indonesia.
Dampak kebijakan Susi Pudjiastuti untuk menenggelamkan kapal nelayan asing tersebut menimbulkan ketegangan hubungan diplomasi antara Indonesia dengan Vietnam. Hal ini dikarenakan selama tahun 2018 ditemukan 83 kapal milik Vietnam yang ditenggelamkan oleh Susi Pudjiastuti. Bahkan menurut data yang diperoleh dari Food and Agriculture Organization (FAO), terdapat 5400 kapal yang masuk ke Indonesia untuk melakukan illegal fishing (wwf.or.id, 2015).
Namun, kebijakan tersebut membawa dampak positif terhadap peningkatan pendapatan rata-rata nelayan Indonesia, dimana dengan adanya kebijakan tersebut pendapatan para nelayan meningkat cukup pesat dari tahun 2015 hingga 2018. Berdasarkan data laporan KKP 2018, pada tahun 2015, rata-rata pendapatan nelayan sebesar Rp 1,9 juta setiap bulan.
Pada 2016 pendapatan tersebut meningkat menjadi Rpp 2,1 juta per bulan, kemudian pada tahun 2017 naik menjadi Rp 2,2 juta per bulan. Pada 2018, pendapatan rata-rata nelayan sebesar Rp 2,4 juta per bulan.
Dalam masa kepemimpinannya Susi Pudjiastuti mendapatkan penghargaan atas kinerjanya. Beberapa penghargaan tersebut diantaranya adalah menjadi Leaders for a Living Planet Awards yang diberikan dari World Wide Fund for Nature (WWF) Internasional pada tahun 2016 atas dasar individu yang memberikan kontribusi yang besar terhadap konservasi alam dan pembangunan berkelanjutan (wwf.or.id, Susi Pudjiastuti Terima Penghargaan WWF Leaders for a Living Planet, 2016), kemudian menjadi bagian dari 100 Pemikir Terbaik Dunia versi majalah Foreign Policy. Hal tersebut dikarenakan keberanian Susi Pudjiastuti dalam memerangi pencurian ikan. Selain itu, Susi Pudjiastuti juga menerima penghargaan Peter Benchley Ocean Awards Atas dasar visi dan kebijakan pembangunan ekonomi dan konservasi laut di Indonesia.
Dari sisi personality, Ibu Susi Pudjiastuti adalah tokoh yang tegas dan pemberani dengan adanya penerapan kebijakan penenggelaman kapal ilegal yang mencuri ikan di perairan Indonesia ketika menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan yang juga hal ini memberikan keuntungan bagi negara dan belum pernah dilakukan kebijakan seperti ini sebelumnya.
Selain itu, tipe dan gaya kepemimpinan Ibu Susi Pudjiastuti selama ini efektif dalam membuat kebijakan, sehingga membuat masyarakat dunia patuh dengan aturan yang telah ditetapkan. Berdasarkan teori sifat (penggerak, hasrat untuk memimpin, kepercayaan diri, kecerdasan, pengetahuan, dan extraversion) dan teori kepemimpinan Henry dan Blanchard (telling, selling, participating, dan delegating).
Susi Pudjiastuti mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip kepemimpinan dengan baik yang dicetuskan oleh Dale Carnegie seperti prinsip keaslian, prinsip komunikasi efektif, prinsip memotivasi orang–orang, prinsip keikhlasan, prinsip pengambilan perspektif, prinsip mendengarkan, prinsip teamwork, prinsip menghormati, prinsip memberi penghargaan, prinsip kerendahan hati, keluhan dan kritik, prinsip mempunyai tujuan, prinsip fokus, prinsip keseimbangan, prinsip sikap positif, prinsip belajar untuk tidak khawatir, dan prinsip antusiasme.
*Mahasiswa Pasca Sarjana IPB