Finance

The Fed Pertahankan Suku Bunga Acuan, Umumkan Tapering

TheEconopost.com, Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan kisaran target suku bunga acuan pada 4,25 hingga 4,50 persen pada pertemuan hari ini, 19 Maret 2025 waktu Amerika Serikat.

Ketua The Fed Jerome H. Powell menyatakan bahwa aktivitas ekonomi tetap berkembang pesat, dengan tingkat pengangguran yang stabil pada level rendah dan kondisi pasar tenaga kerja yang solid. Namun, inflasi masih berada pada tingkat yang agak tinggi.

“Kami berkomitmen untuk mencapai inflasi sebesar 2% dalam jangka panjang sambil tetap mendukung lapangan kerja maksimum,” ujar Powell.

Meski menahan suku bunga, The Fed memutuskan untuk memperlambat belanja kepemilikan US Treasury. Mulai April, batas penebusan bulanan US Treasury akan dikurangi dari 25 miliar dolar AS menjadi 5 miliar dolar AS, sementara batas penebusan untuk utang lembaga dan sekuritas berbasis hipotek tetap di angka 35 miliar dolar AS.

Sementara itu untuk sinyal penurunan suku bunga, Komite Kebijakan Moneter (FOMC) menegaskan akan bergantung pada data ekonomi yang masuk serta keseimbangan risiko terhadap mandat The Fed dalam pertemuan selanjutnya. “Kami akan terus memantau kondisi pasar tenaga kerja, tekanan inflasi, ekspektasi inflasi, serta perkembangan keuangan dan internasional,” tambah Powell.

Keputusan ini mendapat dukungan dari mayoritas anggota FOMC, termasuk Wakil Ketua The Fed John C. Williams, Michael S. Barr, dan Michelle W. Bowman. Namun, Christopher J. Waller memberikan suara menentang, dengan alasan lebih memilih untuk mempertahankan laju sekuritas Treasury seperti sebelumnya.

Dampak Pengurangan Belanja Treasury

Dikutip dari Brookings, pengurangan belanja US Treasury merupakan bentuk penyerahan ekonomi kepada pasar. Saat membeli utang pemerintah AS dan surat berharga yang didukung hipotek, Fed mengurangi pasokan obligasi ini di pasar yang lebih luas. Investor swasta yang ingin memegang surat berharga ini kemudian akan menaikkan harga pasokan yang tersisa, sehingga menurunkan imbal hasil secara umum. Ini disebut efek “keseimbangan portofolio”.

Imbal hasil Treasury yang lebih rendah menjadi patokan untuk suku bunga sektor swasta lainnya, seperti obligasi korporasi dan hipotek. Dengan suku bunga yang rendah, rumah tangga cenderung mengambil pinjaman hipotek atau mobil, dan bisnis cenderung berinvestasi dalam peralatan dan mempekerjakan pekerja. Suku bunga yang lebih rendah juga dikaitkan dengan harga aset yang lebih tinggi, meningkatkan kekayaan rumah tangga dan dengan demikian mendorong pengeluaran.

Neraca Federal Reserve: Aset

Kebijakan pengurangan pembelian aset US Treasury ini disebut juga Tapering.

Tapering adalah perlambatan bertahap laju pembelian aset skala besar oleh Federal Reserve. Tapering tidak merujuk pada pengurangan langsung neraca Fed, hanya pada pengurangan laju ekspansinya.

Motivasi The Fed untuk melakukan tapering adalah untuk secara perlahan menghapus stimulus moneter yang telah diberikannya kepada perekonomian. Secara khusus, menurut panduan yang dikeluarkan The Fed pada bulan Desember 2020 , tapering akan dimulai setelah perekonomian membuat “kemajuan lebih lanjut yang substansial” menuju sasarannya untuk mencapai lapangan kerja maksimum dan stabilitas.

Tapering dilakukan untuk menahan laju inflasi yang terus meningkat selama pemulihan ekonomi akibat kebijakan dana murah. Kebijakan tapering biasanya akan diikuti dengan peningkatan suku bunga komersil yang membuat banyak investor asing memilih berinvestasi di Amerika Serikat karena dinilai lebih menarik. Kebijakan tersebut akan menimbulkan capital outflow pasar keuangan domestik yang memengaruhi nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat. 

Redaksi

Dukung kami untuk terus menyajikan konten bermanfaat dan memberi insight. Hubungi kami untuk konten di redaksi@theeconopost.com. Untuk kerja sama iklan dan promosi lainnya ke marketing@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com