Angkosubroto Gunung Sewu dan Daniel Mahanusa Terima Rp19 Triliun Usai IPO YUPI
TheEconopost.com, PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI), produsen permen kenyal merek Yupi, berencana menggelar penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
IPO YUPI rencananya melepas sebanyak 854.448.900 saham biasa. Saham yang ditawarkan terdiri dari 256.334.700 saham baru (IPO) dan 598.114.200 saham divestasi milik PT Sweets Indonesia. Entitas disebut terakhir mulanya adalah pemilik 99,9% saham YUPI. Dengan skenario ini, saham yang ditawarkan ke publik setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Setelah IPO, pemilik YUPI akan menjadi PT Sweets Indonesia atau PTSI (89,9%), Daniel Budiman (0,1%), dan masyarakat (10%).
Kepemilikan ini tidak akan lama, karena setelah IPO seluruh saham PTSI akan dibeli oleh lembaga investasi Affinity Fund melalui PT Confectionery Consumer Products Indonesia (CCPI) paling cepat 5 hari setelah IPO dan paling lama 12 bulan sejak pencatatan saham di BEI.
Dikutip dari prospektus, Sabtu, 8 Maret 2025, harga penawaran saham YUPI diperkirakan berkisar antara Rp2.100 hingga Rp2.500 per saham. Dengan estimasi ini, total nilai emisi maksimal mencapai Rp2,13 triliun dari dana publik. Sedangkan harga divestasi antara PTSI dan CCPI akan mengacu kepada harga IPO.
Jadwal IPO YUPI yakni akan berlangsung pada 6–10 Maret 2025 untuk penawaran awal alias book building, sedangkan masa penawaran umum dijadwalkan pada 17–19 Maret 2025. Jika sesuai jadwal, saham YUPI akan tercatat di BEI pada 21 Maret 2025.
Dana hasil IPO sebesar Rp640,83 miliar akan dialokasikan sekitar 77% untuk belanja modal, termasuk pembangunan pabrik baru di Nganjuk, Jawa Timur, yang ditargetkan beroperasi pada 2026. Sisanya, sekitar 23%, akan digunakan sebagai modal kerja, terutama untuk mendukung ekspansi pasar domestik dan internasional.
Untuk diketahui, YUPI adalah produsen produk permen dengan merek Yupi, Just for Fun, dan Gummy Zone. Perseroan memiliki 64 unique SKU dan empat kategori produk, yaitu Gummy, Bolicious, Extruded Soft Candy, dan Marshmallow. YUPI merupakan pemimpin pasar pada sub-kategori soft candy dengan pangsa pasar sebesar 66,5% di Indonesia, 21,2% di Malaysia, 17,2% di Singapura, serta 23,4% di Thailand, berdasarkan Laporan Euromonitor.
PT CIMB Niaga Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO ini.
Kinerja Keuangan YUPI
Pada laporan laba rugi, YUPI mencatat pendapatan sebesar Rp2,41 triliun hingga 30 September 2024, turun dari Rp2,52 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Laba bruto tercatat sebesar Rp835,14 miliar, meningkat dari Rp734,39 miliar pada 2023. Namun, peningkatan beban penjualan dan administrasi menekan laba usaha yang tercatat sebesar Rp586,99 miliar.
Total liabilitas perusahaan menurun menjadi Rp581,23 miliar pada 30 September 2024 dari Rp798,94 miliar pada akhir 2023. Sedangkan total ekuitas meningkat tipis menjadi Rp2,11 triliun dari Rp2,10 triliun pada akhir tahun lalu. Nilai ekuitas perusahaan ini mirip dengan besaran IPO dari investor publik.
Perusahaan juga melaporkan menurunkan penurunan arus kas bersih dari aktivitas pendanaan hingga Rp540,63 miliar pada periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2024, berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh pembayaran dividen yang meningkat signifikan menjadi Rp490 miliar dari Rp75 miliar pada 2023.
Di sisi lain, arus kas bersih dari aktivitas operasi meningkat menjadi Rp512,35 miliar dibandingkan Rp483,08 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini didorong oleh penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp2,2 triliun, meskipun terjadi penurunan dibandingkan Rp2,52 triliun pada 2023.
Sementara itu, arus kas dari aktivitas investasi membaik dengan mencatatkan penurunan arus kas bersih sebesar Rp193,59 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp242,88 miliar. Penerimaan dari hasil penjualan aset tetap dan efisiensi dalam pengeluaran untuk perolehan aset menjadi faktor pendukung perbaikan ini.
Divestasi oleh Mahanusa dan Gunung Sewu Raup Rp19 Triliun
Selain IPO, seperti disampaikan di atas, pemegang saham YUPI juga telah membuat kesepakatan penjualan perusahaan kepada PT Confectionery Consumer Products Indonesia (PT CCPI) pada 1 November 2024.
Aksi penjualan saham oleh perusahaan induk YUPI ditunjukkan dengan telah disepakatinya Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB) atas saham perseroan. PT CCPI akan mengakuisisi 90% saham perseroan yang saat ini dimiliki oleh PT Sweets Indonesia (PTSI) dan Daniel Budiman.
Rinciannya, CCPI akan membeli sebanyak 7.690.039.800 saham yang terdiri dari 7.681.745.800 saham milik PTSI dan 8.294.000 saham milik Daniel Budiman.
Dengan menggunakan asumsi harga maksimum Rp2.500, PT CCPI yang dimiliki oleh SWF swasta Affinity Fund akan membayar Rp19,22 triliun atas kepemilikan 90% saham YUPI. Sehingga pemilik akhir 89,9% YUPI secara berlapis akan bermuara kepada Affinity Fund V (59%), Affinity Asia Pacific Fund V (2) L.P sebesar 39%, dan pemegang saham lain 2%.
Kesepakatan divestasi YUPI ini akan mengalirkan dana jumbo kepada crazy rich Mahanusa yakni Widjaja Tannady dan Daniel Budiman yang memiliki sekitar 54% saham YUPI.
Divestasi ini akan membuat kedua pendiri Mahanusa itu menerima aliran uang tunai Rp10,37 triliun.
Selanjutnya, sisa dana penjualan akan mengalir ke Gunung Sewu Group yang secara total akhir memiliki sisanya atau 44,81%. Dengan kata lain, akan menerima dana divestasi maksimal sebesar Rp8,84 triliun.
Profil Penerima Rp19 Triliun Daniel Budiman Mahanusa Capital dan Husodo Angkosubroto Gunung Sewu Group dari Divestasi YUPI
Dalam prospektus IPO YUPI dijelaskan, bahwa pemilik manfaat akhir perseroan dari perwakilan Mahanusa Capital adalah Daniel Budiman. Rinciannya, Mahanusa menempatkan PT Cipta Astana Gemilang sebagai pemilik perusahaan induk YUPI dengan pemilikan 54,19%.
Sedangkan pemilik Cipta Astana adalah Mahanusa Aneka Boga sebanyak 66,13% dan para investor Mahanusa Capital dengan kepemilikan di bawah 10%.
Meski demikian pemilik Mahanusa capital bukan hanya Daneil, Mahanusa Aneka Boga dimiliki oleh Daniel Budiman 49,5%, Mahanusa Capital 1%, dan Widjaja Tannady 49,5%.

Daniel sendiri memiliki pengalaman luas dalam mengoperasikan perusahaan, khususnya di bidang branding, distribusi, penggalangan dana, logistik, distribusi, dan manufaktur. Sebelum mendirikan Mahanusa, Daniel bekerja sebagai bankir investasi untuk Merrill Lynch dan JP Morgan di Singapura dan Jakarta, yang mencakup Asia Tenggara.
Daniel juga pernah menjabat sebagai Direktur Independen PT Blue Bird Tbk. (BIRD), Penasihat untuk sejumlah dana lindung nilai dan dana modal ventura, serta mitra lokal RHB Bank di Indonesia. Selain itu, ia juga merupakan anggota Young Presidents Organization (YPO), Dewan Eksekutif Stern School of Business di New York University, dan Komite Lembaga Keuangan di APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia). Daniel memegang gelar BBA dari Universitas Iowa dan gelar MBA dari Sekolah Bisnis Harvard.
Mahanusa adalah perusahaan investasi yang didirikan oleh Daniel Budiman dan Widjaja Tannady. Mahanusa Capital sendiri memiliki dan mengelola perusahaan di sektor barang konsumen, properti, pertambangan, ritel, kimia khusus, pengelolaan dana, dan teknologi di Indonesia dan Asia Tenggara.

Selanjutnya, sisa saham pengendali YUPI dimiliki oleh Grup Gunung Sewu, yakni keluarga crazy rich Husodo Angkosubroto. Forbes menempatkan Husodo Angkosubroto dan keluarganya sebagai orang terkaya ke-43 di Indonesia pada 2024 dengan kepemilikan harta US$1,28 miliar.
Keluarga ini adalah pengendali produsen pisang dan nanas terbesar di Indonesia yakni Great Giant Pineapple dengan produk Rejuve dan Sunpride. Entitas lainnya adalah Asuransi Jiwa Sequis, hingga produsen produk olahan ayam dan pakan ternak PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD).
Perusahaan payung dalam keluaga ini adalah PT Gunung Sewu Kencana. Entitas payung keluarga ini dimiliki oleh Lanny Angkosubroto (25%), Husodo Angkosubroto (50%), dan Honey Angkosubroto (25%).
Perusahaan payung ini menempatkan operasional di PT Gunung Sewu Kapital. Selanjutnya entitas lapis dua ini yang mengendalikan PT Sequis (70,74%), PT Asuransi Jiwa Sequis Life (31,65% dimiliki langsung dan 68,34% melalui PT Sequis) hingga PT Bahana Komunindo (50,58% dimiliki langsung dan 49,2% dimiliki melalui PT Asuransi Jiwa Sequis Life).
PT Bahana Komunindo adalah pemilik 44,81% saham PT Sweets Indonesia bersama Cipta Astana Gemilang milik Mahanusa.
Bayar Sesuai Keinginan Terima Kasih Sudah Membaca Berita Istimewa di The Econopost! Konten yang Anda baca merupakan konten premium. Apresiasi kami dengan melakukan pembayaran melalui QRIS mulai dari Rp.5000 hingga sesuai keinginan. ![]() Cukup scan QR code yang tersedia, dan terus nikmati informasi terbaru yang kami sajikan khusus untuk Anda. Kontribusi Anda sangat berarti bagi kami untuk terus menghadirkan informasi tajam, terpercaya, dan eksklusif sesuai kebutuhan. Best Regard |