HeadlineIHSG

Mengintip Arah di Balik Mundurnya Right Issue BBYB & Kinerja Usaha

PT Bank Neo Commerce Tbk (IDX: BBYB) mengumumkan pengunduran right issue. Semula, Direktur Utama BBYB, Tjandra Gunawan menyatakan aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) ini semula akan dilakukan pada triwulan II/2022. 

Dalam keterbukaan informasi terbaru, Tjandra mengatakan right issue akan diundur menjadi  awal triwulan empat atau pada Oktober tahun ini. Dengan begitu, BNC tetap berkomitmen  untuk memperkuat usaha dengan penambahan modal inti sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan. 

Berdasarkan aturan OJK Nomor 12 tahun 2020 bank diminta memenuhi modal inti Rp 3 triliun. OJK memberi tenggat pemenuhan modal inti hingga Rp 3 triliun. Jika tidak memenuhi maka perbankan harus siap turun kelas menjadi Bank Perkreditan Rakyat. 

Ada apa sebenarnya di balik pemunduran pelaksanaan right issue BBYB ini? 

Dalam keterangan resmi, Tjandra Gunawan menjelaskan bahwa perusahaan mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang berimbas ke pasar saham Tanah Air.  Menurut Tjandra, beberapa isu global yang turut mempengaruhi adalah perang Rusia dan Ukraina, dan kebijakan Fed menaikkan suku yang diyakini dapat memicu kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dan  mempengaruhi inflasi di Indonesia. 

Di dalam negeri, ekonomi Indonesia juga belum stabil yang ditandai dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam satu bulan terakhir sebesar 5,33 persen. Meski demikian, Tjandra tetap optimis keadaan perekonomian akan semakin membaik di semester dua tahun ini seiring dengan semakin terbukanya akses dan mobilitas masyarakat pasca pandemi.

“Kami yakin bahwa kinerja tahun ini akan lebih cemerlang.  Sama cemerlangnya atau bahkan berpotensi lebih baik dibandingkan tahun lalu,” jelas Tjandra seperti dikutip, Jumat 27 Mei 2022. 

Menurut Tjandra membaiknya ekonomi dalam negeri akan ditopang oleh adanya sustainable bisnis serta kekuatan inovasi dan kreativitas pelaku bisnis. Bank Neo Commerce pun akan terus menjawab kebutuhan pasar dalam memanfaatkan momentum pertumbuhan positif yang dimiliki perusahaan  saat ini. 

“Kami yakin right issue yang akan dijalankan di triwulan empat nanti akan terserap pasar dengan baik, dan membuat kami memiliki skala ekspansi usaha yang semakin bertumbuh dan semakin besar lagi,” jelas Tjandra. 

Lebih lanjut Tjandra menjelaskan bahwa fokus BNC di tahun ini masih tetap untuk mengeksekusi agenda kerja dengan terus mengembangkan dan melengkapi fitur dan layanan BNC ke nasabah. Bahkan, dalam waktu dekat fitur dan layanan perbankan BNC akan semakin lengkap dengan adanya QRIS dan Corporate Internet Banking yang telah mendapatkan persetujuan OJK.  Rencananya fitur QRIS akan diimplementasikan pada Juli tahun ini. 

 

BACA JUGA: Geliat Bank Digital: Adu Strategi Mengejar Penetrasi 

 

Kinerja Usaha

Seiring dengan rencana right issue akhir tahun ini, Tjandra mengatakan BNC terus mencatatkan perbaikan kinerja. Saat ini jumlah nasabah terus meningkat dan mencapai 17 juta pengguna teregistrasi dalam satu tahun beroperasi. Hal ini sejalan dengan peningkatan volume transaksi yang signifikan sebesar 88 persen menjadi 76 juta transaksi dibandingkan kuartal sebelumnya.  

Dalam laporan keuangan Kuartal I 2022, kinerja positif Perseroan di awal tahun 2022 ditunjukkan dengan kenaikan Net Interest Income (NII) yang signifikan. Nilai NII naik sekitar 214,3 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 dari Rp 63 miliar menjadi Rp 198 miliar di Kuartal I 2022. Kenaikan juga terlihat dari pendapatan di Kuartal I 2022, yaitu sebesar Rp 448 miliar atau naik sekitar 204,8 persen dari periode sebelumnya yang sebesar Rp 147 miliar.  

Kenaikan pendapatan diikuti dengan penurunan beban operasional, sehingga pada Kuartal I BNC mencatatkan kerugian bersih yang cenderung menurun. Masing-masing sebesar Rp 163 miliar di bulan Januari, turun menjadi Rp 150 miliar di bulan Februari, dan Rp 100 miliar bulan Maret 2022, sehingga total kerugian di Kuartal I 2022 adalah sebesar Rp 413 miliar. 

Lebih jauh, Tjandra menjelaskan BNC juga mencatat kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup tinggi. Nilai DPK naik sekitar 121,4 persen yoy dari Rp 4,2 triliun di Kuartal I 2021 menjadi Rp 9,3 triliun di Kuartal I 2022 atau mengalami pertumbuhan sebesar 14,7 persen dari Rp 8,1 triliun di Kuartal IV 2021 menjadi Rp 9,3 triliun di Kuartal I 2022, yang paling banyak ditempatkan dari deposito online melalui aplikasi neobank. 

Pertumbuhan juga terlihat pada total aset Bank yang naik sebesar 119,3% yoy dari Rp 5,7 triliun di Kuartal I 2021 menjadi Rp 12,5 triliun pada Kuartal I 2022. Sedangkan bila dilihat  pertumbuhan secara kuartal sebesar 10,5 persen dari Rp 11,3 triliun di Kuartal IV 2021 menjadi Rp 12,5 triliun di Kuartal I 2022. 

Di tahun 2022 ini BNC secara terus menerus berusaha memenuhi kebutuhan nasabahnya, antara lain di bidang investasi dengan memperkenalkan product wealth management, seperti reksa dana, saham, asuransi, emas, dan produk lainnya. (Ira Guslina)

 

 

 

Redaksi

Dukung kami untuk terus menyajikan konten bermanfaat dan memberi insight. Hubungi kami untuk konten di redaksi@theeconopost.com. Untuk kerja sama iklan dan promosi lainnya ke marketing@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com