Jejak Sugiman Halim & Hartman, Pemborong Saham BRMS Jelang Right Issue
Aksi korporasi PT Bumi Resources Minerals Tbk (IDX: BRMS) jelang right issue II disikapi berbeda oleh para pemegang saham eksisting.
Aksi tambah modal yang masih menunggu restu Otoritas Jasa Keuangan itu sejatinya dirancang untuk cum date pada 13 Oktober 2021, kemarin. Meski demikian, sejauh ini perusahaan masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.
“Untuk rencana PUT 2 masih berjalan. Kami masih menunggu pernyataan efektif dari OJK atas rencana transaksi PUT2,” ujar Direktur dan Investor Relations BRMS Herwin Wahyu Hidayat, Rabu, 13 Oktober 2021.
Saat masih menunggu izin, data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia menunjukkan para pemegang saham eksisting aktif melakukan aksi korporasi. Baik menambah kepemilikan, menebus waran yang jatuh tempo di akhir Oktober 2021 ini serta melepas sebagian kepemilikannya.
Terbaru, per 12 Oktober 2021 Ficomindo Buana Registrar menyebutkan Sugiman Halim menaikkan kepemilikannya dari 5,853 miliar lembar menjadi 5,908 miliar. Demikian juga Hartman International Pte. Ltd. Kepemilikannya naik dari 7,115 miliar menjadi 7,116 miliar.
Saat yang sama Wexler Capital, Emirates Tarian Global Ventures dan Bumi Resources (IDX: BUMI) menjual waran yang dimiliki. Sedangkan waran BRMS ditransaksikan dengan aktif.
“Untuk realisasi penebusan waran yang melekat di PUT1 saat ini masih berlangsung. Sebaiknya kita tunggu sampai tanggal berakhirnya periode penebusan waran tersebut yaitu 29 Oktober 2021 untuk melihat realisasinya,” kata Herwin.
BACA JUGA: Bukan ARTO atau KINO, Patrick Walujo Sebut Ini Investasi Northstar Paling Cuan
Atas aktifnya transaksi ini, lalu bagaimana jejak para pemegang saham yang rajin memburu saham BRMS ini?
Hartman International Pte. Ltd. merupakan pembeli siaga dalam right issue I BRMS yang diselenggarakan pada Semester I/2021 lalu. Entitas ini berada di bawah hukum Singapura dan didirikan pada 2012.
Prospektus BRMS mengungkapkan pemegang saham perusahaan cangkang ini sepenuhnya atas nama Francis Koh Yin Mei. Entitas ini mengantongi izin operasi sebagai perusahaan holding. Perusahaan ini juga tercatat memborong saham PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) pada triwulan III/2021 lalu. Akan tetapi, saat ini tidak ada lagi nama Hartman sebagai pemegang saham di atas 5 persen berdasar data KSEI.
Hartman menempatkan Jenny Pe Peck Hoon dan Hendri Kris Hartanto sebagai direktur. Nama Jenny muncul dalam prospektus Kertas Basuki Rachmat, sedangkan Hendri muncul dalam prospektus KOTA pada entitas pengendali PT Karsa Daya Rekatama. Sementara data Offshoreleaks ICIJ menyebutkan nama Francis terkait dengan entitas PeakVilla Holding Inc hingga Jubilant Success Holdings Limited.
Lainnya, Sugiman Halim adalah konglomerat dalam industri telekomunikasi. Dia menjalankan PT Network Quality Indonesia termasuk anak usahanya PT Mac Sarana Djaya sebagai komisaris utama semenjak 2002. Perusahaan ini merupakan penyelenggara internet micro cell untuk gedung-gedung yang kesulitan akses internet. Entitas firma investasi Northstar, yakni CENT mencaplok perusahaan ini pada 2017. Sugiman sendiri kemudian didapuk menjadi Komisaris pada CENT.
Akan tetapi, pada Mac Sarana Djaya, Managing Partner dari Northstar Group Glenn Sugita telah berada dalam perusahaan ini sebagai Wakil Komisaris Utama sejak 2013.
Rumor pasar menyebutkan aksi korporasi BRMS yakni right issue dan penebusan waran akan mengubah komposisi pengendali. Nama raksasa seperti Salim Group disebut-sebut terlibat dari sejumlah nama perusahaan cangkang ini. Sejauh ini, berdasarkan penelusuran yang ada di internet belum ada menunjukkan keterkaitan langsung dengan perusahaan yang dikenal dengan produk Indomie itu. (Tim Tempias)
Pingback: Akrobat Tarian Global Jelang RUPS Bumi Resources (IDX: BRMS), Jalan Terang Masuknya Salim? – The Econopost