Profil Silmy Karim, Pembalik Kinerja Krakatau Steel (IDX: KRAS)
Pengumuman laporan keuangan PT Krakatau Steel (persero) Tbk. (IDX:KRAS) semester I/2021 membawa harapan besar bagi pemerintah dan investor publik. BUMN dengan bidang usaha utama memproduksi baja semua lapisan berhasil memperkuat kinerja sepanjang semester I/2021.
Di tengah tekanan sektor properti hingga konstruksi akibat pandemi Covid-19, KRAS berhasil membukukan lonjakan laba hingga 601 persen. Laba KRAS melonjak dari Rp 67 miliar pada Juni 2020 lalu menjadi Rp 475 miliar dalam periode yang sama tahun ini.
Lonjakan kinerja KRAS ini bahkan setelah pendapatan dari bisnis pelabuhan dan hotel yang tergabung dalam sub holding infrastruktur yang baru dibentuk pada Juli 2021 dikeluarkan.
KRAS terlihat berhasil melambungkan ekspor. Selain itu perusahaan juga meningkatkan penjualan domestik.
Kondisi KRAS ini berbanding terbalik dengan posisi 2012-2019. Perusahaan baja terintegrasi dan terbesar di Tanah Air itu selalu mencatatkan rugi.
Pada 2012 KRAS rugi US$ 19,56 juta, tahun berikutnya atau 2013 rugi US$ 13,6 juta, 2014 naik menjadi US$ 154,185 juta. Rekor rugi KRAS tercatat pada 2015 dimana perusahaan tekor US$ 326,514 juta.
Selanjutnya pada 2016, rugi KRAS menurun menjadi US$ 180,724 juta, 2017 US$ 86,09 juta. Pada 2018 rugi KRAS berada pada level US$ 167,5 juta. Sedangkan setelah pergantian direktur di Krakatau Steel pada September 2018 kepada Silmy Karim, rugi KRAS pada 2019 justru membengkak menjadi US$ 503 juta.
BACA JUGA: Profil Marsekal Fadjar Prasetyo, Komisaris Utama PT Dirgantara Indonesia Pilihan Erick Thohir
Keadaan KRAS berbalik untung semenjak awal 2020. Pasalnya, Silmy berhasil melakukan restrukturisasi utang perusahaan di 10 bank nasional dan asing yang mencapai sekitar Rp 30 triliun.
Lalu siapa Silmy Karim yang membawa transformasi perusahaan baja milik negara itu kembali untung? dilihat dalam laman Linkedin-nya, Silmy merupakan sosok yang dekat dengan dunia militer dan intelijen.
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (1992-1997) dan master dari Universitas Indonesia (2005-2007) ini mencantumkan karir profesional pertamanya sebagai dosen paruh waktu di Universitas Paramadina Jakarta pada 2008. Tidak banyak informasi mengenai karir Silmy setelah lulusan dari Trisakti.
Bersamaan dengan posisi dosen ini, Silmy direkrut Kementerian Pertahanan sebagai Tim Nasional Privatisasi Bisnis TNI yang dibentuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia bergabung dalam tim yang melucuti bisnis TNI itu pada Februari 2008-November 2009.
Setelahnya, Kementerian Pertahanan menunjuk Silmy menjadi tim pengendali aktivitas bisnis TNI (November 2019-Desember 2011). Dia juga diangkat menjadi Tim Pakar Manajemen Pertahanan Kementerian Pertahanan (Januari 2010-Februari 2014).
Silmy kemudian juga menjadi penasehat di Badan Koordinasi Penanaman Modal pada Februari 2010-Oktober 2011. Saat yang hampir bersamaan, Silmy ditunjuk sebagai Komisaris Carrefour Indonesia (Februari 2010-Desember 2011), Direktur pada Bina Guna Kimia (Juli 2010-Juni 2012).
BACA JUGA: Profil Listiarini Dewajanti, Direktur Keuangan dan Investasi Pupuk Indonesia Pilihan Erick Thohir
Bina Guna Kimia merupakan perusahaan pestisida yang berkantor pusat di Wisma Kodel. Perusahaan ini, 51 persen sahamnya dimiliki oleh FMC Corporation Philadelphia, Amerika Serikat. Lainnya digenggam oleh pendiri kongsi delapan (Kodel) pengusaha dan mantan politisi, Soegeng Sarjadi.
Silmy juga ditunjuk sebagai Staf Khusus Presiden SBY pada rentang Mei 2011 hingga September 2013. Silmy juga menjadi Tim Analis Strategi Badan Intelijen Negara (Februari 2013-Juli 2015).
SILMY DIREKTUR BUMN
Dia juga ditetapkan sebagai komisaris untuk PT PAL Indonesia (persero) pada Juni 2011 hingga Desember 2014. Komisaris PT Bentoel Internasional Investama Tbk. (Agustus 2013-Desember 2014).
Karir sebagai direksi di lingkungan BUMN dimulai ketika Silmy ditetapkan sebagai Direktur Utama PT Pindad (Persero) sepanjang Desember 2014 hingga Agustus 2016. Komisaris GE Power Solutions Indonesia (Agustus 2016-September 2018), Direktur Utama PT Barata Indonesia (persero) sepanjang Agustus 2016-September 2018.
BACA JUGA: Kekayaan Chairul Tanjung di Allo Bank (IDX: BBHI) Rp 26,93 Triliun, Kepemilikan 94 Persen
Silmy kemudian diboyong ke Krakatau Steel pada September 2018 sebagai direktur utama. Seiring dengan peran itu, Silmy juga menempatkan dirinya sebagai Presiden Komisaris pada perusahaan patungan Krakatau Nippon Steel Sinergi (Desember 2018-April 2021) dan PT Krakatau Posco (Oktober 2018 sampai saat ini).
Akankah langkah Silmy berlanjut lebih tinggi? Mari menunggu.
Pingback: Subholding Krakatau Baja Konstruksi Diumumkan, Saham KRAS ke Zona Hijau – The Econopost
Pingback: Bukukan Laba Rp475 miliar, Saham Krakatau Steel (IDX: KRAS) Layak Koleksi? – The Econopost
Pingback: Prospek Saham KRAS, Menakar Kinerja dan Arah Subholding Infrastruktur – The Econopost