Lock Up Saham Bukalapak (IDX: BUKA) Berakhir, Cek 5 Fakta Ini
Tempias.com, JAKARTA – Saham PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) hari ini, Senin 28 Maret 2022 akan memasuki babak baru. Hal ini seiring dengan telah berakhirnya masa lock up perdagangan saham sejumlah investor utama BUKA. a
Lock-up wajib saham BUKA merupakan ketentuan dari POJK No. 25 tahun 2017. Aturan ini garis besarnya menetapkan, investor yang memperoleh saham calon emiten di bawah harga IPO dalam jangka 6 bulan sebelum penyampaian pendaftaran ke OJK, maka pemegang saham tersebut dilarang mengalihkan sebagian atau seluruh sahamnya di emiten sampai dengan 8 bulan setelah pernyataan efektif.Â
Mengacu ketentuan ini, BUKA dalam prospektusnya menyebutkan terdapat 32 pemegang saham yang kena wajib lock-up. Total saham yang dimiliki investor anyar jelang IPO itu setara dengan 48,08 miliar lembar.
Selain itu Juga terdapat 22 pemegang saham yang melakukan lock-up sukarela sebanyak 90 persen saham yang dimiliki. Total saham yang dimiliki oleh 22 investor ini adalah 25,71 miliar lembar saham. Artinya lock-up sukarela yang sebelumnya tidak dapat ditransaksikan sebanyak 23,14 miliar.
Dengan berakhirnya masa lock up saham ini, sejumlah analis menilai saham BUKA akan banjir di pasar. Principal Advisor dari Nilzon Capital, John Actavianus mengatakan berakhirnya masa lock up akan membuat saham BUKA menjadi lebih volatil.
“Hal ini menambah kompleksitas kemungkinan yang akan terjadi pada saat periode lock-up saham BUKA dilepas,” jelas John dalam risetnya.Â
Dalam riset Nilzon Capital setebal 48 halaman tersebut dikatakan bahwa kemungkinan beberapa investor pra-IPO tahap akhir IPO BUKA saat ini menghadapi potensi kerugian atau floating loss. Investor terakhir pra-IPO memperoleh saham BUKA dalam rentang harga Rp 410 hingga Rp 584 per lembar. Harga indikatif rata-rata ini dihitung dengan melacak pergerakan saldo ekuitas di laporan perubahan ekuitas BUKA.Â
Menghadapi berakhirnya masa lock up perdagangan saham BUKA ini, tim Tempias.com merangkum sejumlah fakta yang terjadi sejak pelaksanaan IPO BUKAÂ Agustus 2021 lalu. Data ini setidaknya bisa menjadi gambaran bagi investor dalam melihat prospek saham BUKAÂ ke depannya.Â
BACA JUGA: Baru IPO, Laba Cimory (IDX: CMRY) Melambung 346 Persen, Ini Pendongkraknya
5 Fakta Bukalapak Setelah IPO
1. Pesohor di Deretan Pemegang Saham
Sejumlah nama besar tercatat sebagai pemegang saham lock up bukalapak. Dari 21,9 triliun jumlah saham BUKA, sebanyak 24,6 miliar digenggam PT Kreatif Media Karya sebagai pemegang saham pengendali. Selanjutnya ada Archipelago Investment PTE dengan 9,7 miliar saham.Â
Achmad Zaki Syaifuddin yang merupakan pendiri Bukalapak memiliki 4,45 miliar lembar saham, diikuti Willix Halim dengan 1,43 miliar lembar saham. Ada juga Mirrae Asset Naver Asia sebanyak 1,8 miliar saham. Juga UBS AG London Branch dengan 1,91 miliar lembar saham dan 00 Startups IV L.P dengan 4,2 miliar lembar saham.Â
Hal yang tak kalah menarik adalah deretan sejumlah nama beken di pasar modal yang turut menjadi pemegang saham dengan lock up sukarela. Mereka adalah Adi Wardhana Sariaatmadja dan Alvin W Sariaatmaja dengan masing masing memiliki 691 juta lembar saham. Alvin merupakan Direktur Utama PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).Â
Selanjutnya ada nama Muhammad Fajrin Rasyid yang memegang 2,4 miliar lembar saham. Fajrin merupakan cofounder Bukalapak dan merupakan lulusan Stanford University Graduate School of Bussiness. Sedangkan Nugroho Herucahyono yang merupakan Chief Technology Officer (CTO) Bukalapak memegang 1,9 miliar lembar saham.Â
Ada juga nama Pandu Patria Sjahrir yang merupakan Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) dengan memegang saham lock-up sukarela sebanyak 13,3 juta lembar. Pandu merupakan keponakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Juga nama Jay Geoffrey Wacher, pria kebangsaan Australia yang saat ini menjabat sebagai Komisaris PT Surya Citra Media Tbk dan Komisaris PT Bukalapak.
INVESTOR WAJIB LOCK-UP SAHAM BUKA 8 BULAN
Investor Lock-Up Wajib | Jumlah Saham |
(i) Achmad Zaky Syaifudin | 4.452.515.674 |
(ii) PT Kreatif Media Karya, | 24.661.347.283 |
(iii) Archipelago Investment Pte. Ltd., | 9.736.593.677 |
(iv) Microsoft Corporation, | 931.855.888 |
(v) Standard Chartered UK Holdings Limited, | 266.245.795 |
(vi) Naver Corporation, | 266.245.795 |
(vii) Mirae Asset–Naver Asia Growth Investment Pte. Ltd., | 1.857.930.509 |
(viii) Star AA Ventures Limited, | 266.245.795 |
(ix) Peter Teng He Xu, | 266.245.795 |
(x) UBS AG, London Branch. | 1.914.302.254 |
(xi) PT BRI Ventura Investama, | 181.046.789 |
(xii) PT Mandiri Capital Indonesia, | 53.243.888 |
(xiii) Genting Ventures VCC (bertindak untuk kepentingan Genting VCC Fund I)Â | 133.118.505 |
xiv) Sung Jin Kim (Kim Sung Jin), | 266.043.713 |
(xv) Jaeyoun Doh (Doh Jaeyoun), | 65.105.149 |
(xvi) Seungkook Lee (Lee Seungkook), | 18.881.371 |
(xvii) BonAngels Pacemaker Fund, | 59.675.328 |
(xviii) 500 Durians, L.P., | 426.249.828 |
(xix) 500 Kimchi, L.P., | 8.575.254 |
(xx) K-Run No. 1 Start-Up Investment Fund. | 12.687.158 |
(xxi) DKI Growing Star Fund II, | 42.287.596 |
(xxii) 500 Startups IV, L.P. | 4.226.123,00 |
(xxiii) Virdienash Haqmal, | 29.301.710 |
(xxiv) Clara Natalie, | 2.126.242 |
(xxv) Nandhika Wandhawa Putra Harahap, | 2.126.242 |
(xxvi) Rionardo, | 3.189.361 |
(xxvii) Phiong Tadhan Immanuel Yapi, | 3.189.361 |
(xxviii) Muhammad Rachmat Kaimuddin, | 104.291.245 |
(xxix) Teddy Nuryanto Oetomo, | 156.990.392 |
(xxx) Willix Halim, | 1.438.287.844 |
(xxxi) Natalia Firmansyah, | 31.129.223 |
(xxxii) pemegang saham lainnya yang terdiri dari 204 pemegang saham perorangan yang merupakan karyawan atau ex-karyawan. | 423.429.482 |
JUMLAH | 48.084.730.269 |
Sumber: Prospektus IPO PT. Bukalapak.Com Tbk. (IDX: BUKA)
INVESTOR LOCK-UP SUKARELA SAHAM BUKAÂ
Investor | Jumlah Saham |
1. 500 Durians II, L.P. | 65.853.727 |
2. 500 Startups III, L.P. | 76.702.830 |
3. Adi Wardhana Sariaatmadja | 691.906.951 |
4. Alvin W. Sariaatmadja | 691.906.951 |
5. API (Hong Kong) Investment Limited | 12.103.516.415 |
6. Batavia Incubator Pte. Ltd. | 2.293.177.320 |
7. Endeavor Catalyst II, L.P. | 77.351.243 |
8. Endeavor Catalyst II-A, L.P. 21 Juni 2021 | 1.723.838 |
9. IMJ Fenox Global I Investment Limited | 153.350.303 |
10. IREP Co. Ltd. | 460.098.354 |
11. Jay Geoffrey Wacher | 76.734.460 |
12. Komodo Indigo Investment Ltd. | 355.837.861 |
13. Komodo Opportunity Venture 1 Ltd | 358.099.409 |
14. Muhamad Fajrin Rasyid | 2.452.790.370 |
15. New Hope OCA Limited | 2.933.638.024 |
16. Nugroho Herucahyono | 1.931.108.344 |
17. One Shinhan Global Fund 1 | 433.884.965 |
18. Pandu Patria Sjahrir | 13.371.598 |
19. PT Asia Sahabat Indonesia | 65.624.410 |
20. PT Rockpool Teladan Investa | 295.013.309 |
21. Queensbridge Fund I, L.P. | 172.541.825 |
22. Sutanto Hartono | 13.371.597 |
 JUMLAH | 25.717.604.104 |
Sumber: Prospektus IPO BUKA
2. Pergantian Direktur Utama Bukalapak
Pada Desember 2021, Muhammad Rachmat Kaimuddin yang menyatakan mundur dari Jabatan Direktur Utama Bukalapak. Padahal jabatan itu baru ia ambil alih dari Achmad Zaky yang merupakan CEO Bukalapak pada Januari 2020.Â
Rachmat Kaimudin mundur karena mendapat tawaran bekerja di pemerintahan. Pengunduran dirinya disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang digelar 16 Februari 2022 dan digantikan oleh Willix Halim.
BACA JUGA: Harga Wajar Saham Bukalapak (IDX: BUKA) Setelah Lockup Berakhir dari Nilzon Capital
3. Bukalapak Investasi di Allo Bank
Pada 18 Januari 202, Bukalapak mengumumkan investasi baru di PT Allo Bank Indonesia Tbk ((DX: BBHI). Bukalapak ikut dalam right issue BBHI dengan memborog 2,49 miliar saham atau setara 11,49 persen.Â
Investasi di Allo Bank ini ditujukan untuk mengembangkan cakupan penawaran serta aksesibilitas kredit. Adapun nilai investasi tersebut adalah Rp 1,19 triliun.Â
4. Bukalapak Bentuk Joint Venture
Pada 2 Maret 2022, Bukalapak mengumumkan kerjasama dengan PT Trans Retail Indonesia dan Berani Investment Pte Ltd mendirikan perusahaan patungan PT Allo Fresh Indonesia. Bukalapak menggenggam 35 persen saham dengan nilai investasi Rp 777,77 miliar.Â
“Kolaborasi ini juga akan semakin meningkatkan kepemimpinan Perseroan di platform online to offline (O2O) dan memperluas titik kontak bagi pelanggan yang lebih luas. Inisiatif ini juga akan memperlebar jangkauan Perseroan ke ekosistem ritel sebagai bagian dari ekspansi perusahaan dari platform umum ke platform khusus (specialty platform).”
5 Harga Wajar Saham BUKA
Riset terbaru yang dirilis Nilzon Capital mencoba menghitung harga wajar saham BUKA. Principal Advisor dan President dari Nilzon Capital Frizon Akbar Putra memperkirakan investor BUKA pra-IPO yang masuk pada 2019 menggunakan harga rata-rata Rp 584 per lembar. Pada 2020 menjadi Rp 535 dan sebelum IPO atau 2021 sebesar Rp 410.
Selanjutnya Frizon Akbar menggunakan perkiraan pendapatan BUKA yang disurvei Refinitiv dari 11 analis. Hasilnya rata-rata proyeksi pendapatan BUKA pada 2021 sebesar Rp 1,92 triliun. Sedangkan pada 2022 ini mencapai Rp 3,8 triliun.Â
Dengan mengacu kepada pendapatan ini, dan mengadopsi kelipatan Price to sales ratio (P/S) Sea Limited yang memiliki model bisnis mirip dengan BUKA, maka estimasi indikatif kapitalisasi BUKA menurut Nilzon berada pada level Rp 21,04 triliun atau harga Rp 204 per saham.Â
Sedangkan rentang bawah dengan P/S kelipatan 2,85x juga menggunakan estimasi penjualan 2022 sebesar Rp 3,08 triliun. Maka kapitalisasi BUKA setara dengan Rp 8,77 triliun atau Rp 85 per saham. Meski demikian Frizon mengingatkan penilaian ini tidak boleh menjadi satu-satunya pertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasi. Â
“Ini hanya untuk tujuan informasi. Kami tidak memberikan jaminan bahwa angka-angka tersebut akurat karena berbagai keterbatasan. Dengan asumsi tidak ada yang menjual sahamnya hingga saat ini, kami menemukan bahwa sebagian besar investor pra-IPO kemungkinan sedang menghadapi floating loss [kerugian] mulai dari -34 persen hingga -53 persen pada Rp 272/saham dengan acuan harga penutupan saham BUKA per 17 Maret 2022,” tulis Frizon dalam riset. (ira Guslina)