HeadlineLifestyle

ChatGPT dalam Seni Kreatif: Antara Kolaborasi dan Dilema Moral

Teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT hingga DeepSeek telah membawa revolusi dalam proses penciptaan seni dan karya kreatif. Banyak proses kreatif dalam berkesenian melibatkan teknologi AI. Kondisi ini membawa pertanyaan batas apakah peran teknologi ini adalah alat bantu atau sudah pada level mitra berkarya.

Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Telematics and Informatics Reports dengan judul Exploring the impact of ChatGPT on art creation and collaboration: Benefits, challenges and ethical implications oleh Sijin Zhu (2024), mengeksplorasi dampak teknologi ini pada seni, mulai dari manfaat kolaborasi hingga dilema etis yang timbul.

Studi yang dikutip Senin, 28 Januari 2025 itu, tersebut menemukan bahwa ChatGPT memberikan kemudahan bagi seniman dalam menghasilkan ide, mengatasi kebuntuan kreatif, dan memperbaiki kualitas karya. Fasiitas ini juga memfasilitasi kolaborasi jarak jauh melalui platform komunikasi real-time. Namun, kekhawatiran terkait kepemilikan karya dan keaslian seni menjadi tantangan utama.

“Meskipun LLM (Large Language Model sebagai dasar bahasa AI) berpotensi meningkatkan proses kreatif kolaboratif, LLM juga menciptakan beberapa masalah yang harus diatasi. LLM, seperti semua sistem AI, mencerminkan bias data manusianya dan, jika tidak diatur secara memadai, dapat melanggengkan prasangka. Mitra penciptaan bersama harus mencegah model menghasilkan informasi yang merusak, menipu, atau tidak akurat,” dikutip dari Jurnal.

Penelitian ini juga menyoroti bahwa ChatGPT dapat menghasilkan storyboard cepat untuk ilustrasi, menawarkan berbagai gaya seni, dan membantu seniman memilih gaya yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Namun, muncul perdebatan tentang apakah peran ChatGPT bisa dianggap sebagai mitra kreatif atau klaim sekadar alat bantu.

Dari sisi komersial, ChatGPT memungkinkan kolaborasi antar seniman dan AI dalam menghasilkan karya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan klien. Akan tetapi, nilai komersil dari karya bersama ini masih menjadi sumber perselisihan.

Sebagai rekomendasi, penelitian ini menekankan pentingnya pengembangan pedoman untuk penggunaan AI yang bertanggung jawab dalam seni guna melindungi hak seniman dan menjaga keaslian seni.

Studi ini menutup dengan seruan agar seniman, akademisi, dan pembuat kebijakan terus memantau perkembangan AI di dunia seni, dengan fokus pada kolaborasi hibrida yang mempertahankan elemen manusiawi dalam setiap proses kreatif.

Redaksi

Dukung kami untuk terus menyajikan konten bermanfaat dan memberi insight. Hubungi kami untuk konten di redaksi@theeconopost.com. Untuk kerja sama iklan dan promosi lainnya ke marketing@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com