Bank Mandiri (BMRI) Telah Salurkan Rp10 Triliun untuk Energi Terbarukan
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp10 triliun untuk sektor energi baru terbarukan (EBT) hingga September 2024. Langkah ini merupakan bagian dari total pembiayaan berkelanjutan Bank Mandiri yang mencapai Rp285 triliun, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 12,8%.
“Untuk mengoptimalkan potensi investasi energi terbarukan di Indonesia, kita perlu mengatasi berbagai tantangan utama, membuka dialog mengenai skema pembiayaan yang ada dan potensi pembiayaan baru, serta mempercepat pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” ujar Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar dalam keterangan tertulis dari forum Renewable Energy Leadership di COP 29, dikutip Minggu, 17 November 2024.
Realisasi pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia sendiri masih rendah, yaitu 0,36% dari total potensinya. Alexandra menyebutkan, geotermal menjadi sumber energi yang paling banyak digunakan dengan tingkat utilisasi 10,52%. Bank Mandiri melihat potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia sangat besar hingga mencapai 3.687 GW.
Sedangkan sumber energi terbarukan sendiri antara lain seperti solar, angin, air, tidal, bioenergi, dan geotermal.
Kendala utama rendahnya utilisasi EBT, menurut Alexandra, adalah terbatasnya investasi di sektor ini. Data dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menunjukkan bahwa investasi pada EBT di Indonesia turun 4%dalam tujuh tahun terakhir, sementara investasi pada energi fosil meningkat 2,4%.
Faktor-faktor yang memengaruhi tingginya biaya investasi EBT meliputi kurangnya infrastruktur, mahalnya teknologi, terbatasnya instrumen keuangan untuk mengatasi risiko, serta tingginya biaya transaksi untuk pembiayaan pembangkit skala kecil,” jelas Alexandra.
Ia menekankan perlunya sinergi antara kebijakan dan instrumen keuangan untuk mempercepat transisi energi. Regulasi seperti kerangka dekarbonisasi dan kebijakan pajak karbon perlu diimbangi dengan instrumen pendanaan berkelanjutan, termasuk sustainability-linked loans, green bonds, dan solusi keuangan lainnya.
Bank Mandiri juga telah mengambil langkah strategis, seperti membentuk ESG Desk, bekerja sama dengan institusi keuangan global, dan berkolaborasi dengan pemerintah untuk mempromosikan praktik bisnis berkelanjutan.
“Kami melihat kombinasi antara kebijakan dan instrumen keuangan akan menjadi kunci yang memungkinkan lembaga keuangan bisa memainkan peran penting dalam proyek transisi energi,” kata Alexandra.
Ia mengajak pemangku kepentingan dan komunitas global untuk berkolaborasi dalam mewujudkan potensi besar energi terbarukan Indonesia sekaligus mencapai target emisi nol bersih pada 2060.