Sah! Alibaba Grup Resmi Kendalikan BBYB, Tancap Gas Usung Bank Digital
Tempias.com, JAKARTA – PT Bank Neo Commerce Tbk (IDX: BBYB) resmi menetapkan PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pengendali baru. Keputusan itu diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang dilaksanakan pada Jumat, 8 Oktober 2021.
Pelaksanaan RUPSLB kedua ini merupakan kelanjutan dari RUPSLB pertama pada Senin, 20 September 2021. Saat itu rapat tidak memenuhi kuorum untuk penetapan agenda pertama. Rapat hanya dihadiri 73,4 persen pemegang saham, dari yang seharusnya minimal sebanyak 75 persen pemegang saham.
Menurut salah satu peserta rapat kepada Tempias.com, penetapan Akulaku sebagai pengendali baru BBYB mendapat persetujuan dari mayoritas peserta RUPSLB dengan suara di atas 99 persen. Adapun rapat dihadiri oleh 5,97 miliar pemegang saham atau setara 79,6 persen dari total pemegang saham.
Jumlah dan nilai saham BBYB yang dimiliki oleh Akulaku sebesar 1,66 juta lembar saham atau senilai Rp166 miliar. Jumlah ini meliputi 24,98 persen kepemilikan saham. Selanjutnya juga ada kepemilikan saham Rockcore Financial Technology Co. Ltd., yang merupakan satu kelompok usaha dengan Akulaku sebesar 261 juta lembar saham dengan nilai Rp26 miliar atau setara 3,92 persen saham.
BACA JUGA: BBYB Gelar RUPSLB: Menanti Gebrakan Ekosistem Alibaba dan Aksi Right Issue (Lagi)
Penetapan Akulaku sebagai pengendali sekaligus menjadi pengesahan masuknya ekosistem Alibaba pada bank yang dulu bernama Bank Yudha Bhakti ini. Akulaku dan Rockore merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan raksasa bisnis Alibaba.
Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan usai RUPSLB mengatakan pengesahan Akulaku menjadi pemegang saham pengendali di BNC diyakini akan memberi kekuatan tersendiri yang menghadirkan berbagai inovasi berkelanjutan. Salah satu kolaborasi yang semakin intensif adalah dalam penyaluran dana ke masyarakat.
“Pengalaman Akulaku dalam sisi lending menjadi nilai tambah bagi BNC sebagai bank digital sejalan dengan upaya BNC untuk memperkuat sisi lending di akhir tahun ini hingga tahun mendatang. Dukungan dari Akulaku ini semakin memperkuat ekosistem digital BNC dan membuat BNC memiliki proposisi yang berbeda dibandingkan dengan pelaku industri lainnya,” ujar Tjandra dalam keterangan resmi.
Masuknya Akulaku dalam ekosistem Bank Neo Commerce bermula sejak right issue atau PMHMETD III, Akulaku merupakan pemegang saham sebesar yang memiliki 1,66 miliar saham BBYB atau setara dengan 24,98 persen dari jumlah modal saham yang ditempatkan dan disetor di BBYB. Hal ini mengakibatkan Akulaku menjadi pemegang saham terbesar BBYB dan mengakibatkan beralihnya pengendalian atas BBYB.
Ihwal persiapan Akulaku menjadi pengendali baru BBYB sebelumnya telah mendapat persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Surat Nomor SR-16/PB.1/2021 yang dikeluarkan pada tanggal 26 Juli 2021. Pengambilalihan saham membuat Akulaku menjadi pemegang saham terbesar sekaligus pengendali BBYB dengan kepemilikan 24,98 persen saham.
BACA JUGA: Grup Salim Borong 25,8 Juta Saham Bank Milik CT (IDX: MEGA), Bersiap Window Dressing?
Kebut Bank Digital
Masuknya Alibaba lewat Akulaku menjadi angin segar bagi BBYB. Apalagi Bank yang kini bernama Bank Neo Commerce itu tengah gencar membangun ekosistem digital. Berdasarkan keterangan di keterbukaan, alasan dan tujuan Akulaku melakukan pengambilalihan adalah untuk memanfaatkan teknologi tinggi yang dimiliki untuk membantu BBYB dalam melakukan transformasi digital. Fokus utama adalah meningkatkan layanan perbankan dan membawa BBYB ke tingkat baru dengan teknologi canggih dan transparansi yang lebih baik. ‘
“Kemitraan strategis antara Akulaku dan BBYB dipercaya akan meningkatkan literasi keuangan dan akses masyarakat Indonesia kepada lembaga keuangan, khususnya perbankan, sehingga baik individu dan bisnis memiliki akses terhadap produk dan jasa keuangan yang bermanfaat dan terjangkau yang memenuhi kebutuhan mereka yang disampaikan dengan cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan,” tulis manajemen Akulaku dalam prospektus pengambilalihan.
Sepanjang 2021, Bank Neo Commerce bergerak cepat mewujudkan mimpi menjadi bank digital. Sejak meluncurkan aplikasi Neo+ Mobile Banking pada Maret 2021 lalu, perusahaan jor-joran melakukan ekspansi. Ekspansi bisnis menuju bank digital BBYB ini makin getol setelah Akulaku masuk menjadi pemegang saham pengendali pada Juli lalu yang diikuti dengan gencarnya promosi bisnis.
BACA JUGA: ‘High Pain’ Bank Neo (IDX BBYB) Demi Bank Digital, Bagaimana Prospek Saham?
Demi mewujudkan mimpi menjadi bank digital terdepan, BBYB bahkan rela memangkas pendapatan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per Juni 2021, perusahaan mengalami kerugian bersih tahun berjalan sebesar Rp 132,85 miliar.
Meski berbalik rugi, BBYB tercatat membukukan lonjakan aset dari Rp 5,4 triliun menjadi Rp 6,99 triliun. BBYB juga mengalami lonjakan dana pihak ketiga dari Rp 3,32 triliun menjadi Rp 4,6 triliun. Selain itu, Bank Neo juga mencatatkan lonjakan aset lain-lain yakni dari Rp 536 miliar menjadi Rp 1,29 triliun.
Lebih jauh, perusahaan memperkirakan transformasi BBYB akan membuat Bank Neo memimpin sebagai bank digital dengan pertumbuhan yang cepat. Hal ini terlihat dari melesatnya jumlah pengguna BBYB yang tumbuh menjadi 6 juta dalam waktu 5 bulan.
Right Issue Lagi
Setelah ditetapkannya Akulaku sebagai pengendali, Bank Neo bersiap menghadapi right issue. Keputusan penambahan modal ini telah menetapkan agenda penambahan modal lewat right issue yang telah disepakati pada RUPSLB 20 September 2021.
Dalam RUPSLB disepakati Bank Neo Commerce melakukan penambahan modal dasar perseroan menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya Rp 1,5 triliun. Perusahaan akan melepas saham baru sehingga saham yang ada sekarang dari 15 miliar akan menjadi Rp 30 miliar dengan nominal Rp 100.
Dalam penjelasan resminya usai RUPSLB pertama, Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan, mengatakan tujuan perubahan modal dasar merupakan bagian dari rencana penambahan modal disetor perseroan. Langkah ini perlu dilakukan untuk memenuhi aturan Otoritas Jasa Keuangan tentang pemenuhan modal minimum bank. Selain itu perusahaan juga ingin menggesa pertumbuhan usaha. Mengenai pelaksanaan right issue jumbo ini selanjutnya akan diumumkan oleh direksi. (Ira guslina)