HeadlineIHSG

Prospek Saham Bank Jago (ARTO), Bidang Usaha dan Profil Pemegang Saham Terbaru

Tempias.com – Rencana PT Bank Jago Tbk. (ARTO) menjalankan bidang usaha perbankan digital yang tergabung dalam ekosistem Gojek telah membuat perusahaan raksasa investasi milik pemerintah Singapura atau Government of Singapore Investment Corporation (GIC) Private Limited menandatangani komitmen ikut bergabung. 

GIC adalah sovereign wealth fund pemerintah Singapura. Lembaga ini akan menyerap 9,67 persen saham Bank Jago melalui aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) II atau rights issue.

BIDANG USAHA BANK JAGO (ARTO)

Saat ini ARTO menjalankan usaha konvensional. Perusahaan tengah mengurus bidang usaha bank digital. Konsep bank digital sendiri masih disusun teknisnya oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia. 

Dalam gambaran umum yang disampaikan otoritas moneter dan regulator, bidang usaha bank digital seperti rencana usaha Bank Jago (ARTO) cukup minimal 1 kantor yakni kantor pusat. Selanjutnya seluruh sistem perbankan dan layanan dijalankan melalui aplikasi.  

Kepastian GIC menjadi pemegang saham Bank Jago (ARTO) didapatkan melalui perjanjian konfirmasi 18 Februari 2021 yang dicantumkan dalam prospektus Bank Jago. 

 

BACA JUGA : Daftar Saham Bank Digital 2021 dan Profilnya

 

Harga pelaksanaan HMETD Bank Jago di level Rp 2.350. Sedangkan harga saham Bank Jago saat perdagangan Jumat, 26 Februari 2021 sebesar Rp 10.0000. Sehingga jika tidak ada perubahan harga hingga HMETD terlaksana, maka GIC sudah mengantongi potensi keuntungan investasi (capital gain) Rp 7.650 per lembar saham atau 325,53 persen. 

Apakah publik dirugikan karena membayar terlalu mahal di pasar? Pasalnya harga saham Bank Jago di level Rp 10.000. Tentu pergerakan setelah harga teoritis baru terbentuk yang menentukan.

Keuntungan lain GIC dalam HMETD Bank Jago adalah seluruh saham yang diambil berasal dari portepel. Saham portepel adalah saham yang belum ditebus oleh pemegang saham. Sehingga seluruh dana dari HMETD akan masuk ke Bank Jago untuk digunakan ekspansi perusahaan. Tidak keluar dari bank yang dibeli dan bagi pemegang saham baru seperti GIC meningkatkan nilai manfaat berlipat.

Dalam rencana aksi korporasi itu, Bank Jago menerbitkan 3 miliar saham baru. Sehingga dikali harga pelaksanaan terkumpul tambahan modal Rp 7,05 triliun. Menempatkan Bank Jago menjadi bank umum kelompok usaha (BUKU) III. Berdasarkan aturan bank dengan modal inti di atas Rp 5 triliun termasuk BUKU III.

Dalam HMETD ini, setiap pemilik 579 saham lama berhak atas 160 lembar saham baru atau setara setiap pemilik 3,6 saham lama mendapatkan 1 lembar saham baru. Pemegang saham yang tidak mengambil haknya akan terdilusi 21,65 persen.

 

BACA JUGA : Besaran Uang Pesangon PHK Terbaru dalam PP Cipta Kerja 2021

 

Sebelum HMETD dilakukan, pemegang saham ARTO adalah PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (37,65 persen), Wealth Track Technology Limited (13,35 persen), PT Dompet Karya Anak Bangsa atau Go-Pay (22,16 persen), serta Masyarakat dan direksi (26,84 persen). 

Perincian untuk pemegang saham terakhir dari Wealth Track Technology Limited  adalah Patrick Sugito Walujo melalui Ares Wonder Group. Patrick memiliki 100 persen saham Ares Wonder Group. 

Sementara Metamorfosis Ekosistem Indonesia adalah perusahaan yang  dimiliki oleh bankir senior Jerry Ng (76,36 persen) yang berkongsi dengan PT Sugi Global Persada. 

Laporan media Tirto.id menyebutkan Sugi Global Persada adalah pengendali Persib Bandung dengan Glenn Sugita sebagai Direktur Utama. Pemilik Sugi Global sendiri berada dalam perusahaan payung yakni PT Kencana Sakti Cemerlang Abadi dan PT Sukses Perdana Mandiri (PT Sukses) yang disebutkan masing-masing memiliki 50 persen.

Patrick Sugito Walujo dan Glenn Sugita sendiri adalah kongsi lama sampai saat ini. Mereka berdua mengendalikan raksasa investasi private equity Northstar Group sebagai pendiri. Firma investasi yang bermarkas di Singapura ini dalam pengumuman terakhirnya memiliki dana kelolaan sekitar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28 triliun.

Meski begitu, dalam prospektus Bank Jago tidak terdapat nama Northstar baik dari sisi Patrick maupun Glen. Meski begitu, Northstar dalam laman perusahaan menyebutkan Gojek sebagai induk Gopay adalah salah satu investasi mereka. Termasuk Bank Jago.

Sementara, untuk pemegang saham terakhir PT Dompet Karya Anak Bangsa atau Go-Pay adalah PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Go-Jek) berkongsi dengan investor lain yang tidak diungkap identitasnya (29,22 persen). 

Setelah HMETD II terlaksana, struktur baru pemilikan ARTO jika hanya pemegang saham yang ada dan GIC yang melakukan haknya (dengan kata lain publik tidak mengambil haknya) adalah PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (31,53 persen), Wealth Track Technology Limited (12,36 persen), PT Dompet Karya Anak Bangsa atau Go-Pay (22,64 persen), GIC (10,23 persen), Masyarakat (21,89 persen). Arief Harris Tandjung (0,35 persen) serta pembeli siaga (0,98 persen). 

Dari dana yang diperoleh ini, ARTO akan menempatkan 97 persen untuk ekspansi usaha, 2 persen investasi infrastruktur energi dan 1 persen untuk sumber daya manusia. 

Saat prospektus diterbitkan, bisnis Bank Jago (ARTO) masih konvensional dengan memiliki 1 Kantor Pusat, 2 Kantor Cabang, 3 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Kas dan 1 Payment Point serta 5 ATM yang tergabung dengan jaringan ATM Bersama dan ALTO.

 

BACA JUGA : Prospek & Profil Saham PWON, Emiten Blue Chip 2021 Sektor Properti

 

Kantor pusat Bank Jago (ARTO) berada di Menara BTPN Lantai 46, CBD Mega Kuningan. Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung, Jakarta Selatan.

KINERJA KEUANGAN BANK JAGO

Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, Bank Jago (ARTO) berada dalam kondisi rugi. Secara berurutan rugi Bank Jago (ARTO) adalah -Rp23,49 miliar (2018), -Rp117,23 miliar (2019) dan per September 2020 rugi -Rp106,03 miliar. 

Meski merugi, aset dan ekuitas Bank Jago terus melonjak seiring suntikan modal oleh investor. Bank Jago (ARTO) tercatat memiliki aset secara berturut Rp 664,67 miliar (2018), Rp 1,32 triliun (2019) dan Rp 1,72 triliun per 30 September 2020. 

 

Dari aset ini, yang tercatat sebagai ekuitas perusahaan adalah Rp 115,56 miliar (2018), Rp 681,17 miliar (2019) dan menjadi Rp 1,21 triliun per 30 September 2020. 

 

BERIKUT JADWAL HMETD II BANK JAGO (ARTO) 2021

  • Tanggal Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa: 5 Oktober 2020
  • Tanggal Efektif : 24 Februari 2021
  • Tanggal Pencatatan (Recording Date) Untuk Memperoleh HMETD Saham ARTO: 8 Maret 2021
  • Tanggal Terakhir Perdagangan Saham ARTO Dengan HMETD (Cum-Right)
    • Pasar Reguler dan Negosiasi : 4 Maret 2021
    • Pasar Tunai : 8 Maret 2021
  • Tanggal Mulai Perdagangan Saham ARTO Tanpa HMETD (Ex-Right)
    • Pasar Reguler dan Negosiasi : 5 Maret 2021
    • Pasar Tunai : 9 Maret 2021
  • Tanggal Distribusi Saham ARTO HMETD : 9 Maret 2021
  • Tanggal Pencatatan HMETD Saham ARTO di Bursa Efek Indonesia : 10 Maret 2021
  • Periode Perdagangan Saham ARTO hasil HMETD : 10 – 17 Maret 2021 
  • Periode Pelaksanaan HMETD Saham ARTO: 10 – 17 Maret 2021
  • Periode Penyerahan Saham Hasil Pelaksanaan HMETD Saham ARTO: 15 – 19 Maret 2021
  • Tanggal Terakhir Pembayaran Untuk Pemesanan Saham ARTO Tambahan : 19 Maret 2021
  • Tanggal Penjatahan Saham ARTO: 22 Maret 2021
  • Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan Saham ARTO Tambahan : 24 Maret 2021
  • Tanggal Pembayaran Pembeli Siaga Saham ARTO : 24 Maret 2021

Redaksi

Dukung kami untuk terus menyajikan konten bermanfaat dan memberi insight. Hubungi kami untuk konten di redaksi@theeconopost.com. Untuk kerja sama iklan dan promosi lainnya ke marketing@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com