Profil Salman El Farisiy, Direktur Baru Garuda Indonesia (IDX: GIAA) di Tengah Gugatan Arbitrase Greylag
Tempias.com, JAKARTA – Pemerintah memutuskan mengganti Direktur Human Capital PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (IDX: GIAA) di tengah gugatan arbitrase dua lessor perusahaan yakni Greylag Goose Leasing 1410 dan Greylag Goose Leasing 1446.
Keputusan mengganti Direktur Human Capital Garuda Indonesia itu diambil dalam RUPS Luar Biasa yang diselenggarakan Jumat, 13 Agustus 2022.
Pemegang saham kemudian menyetujui untuk mengangkat Salman El Farisiy sebagai Direktur Human Capital yang baru menggantikan Aryaperwira Adileksana.
“Dengan demikian susunan Direksi Garuda Indonesia saat ini adalah sebagai Direktur Utama Irfan Setiaputra, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Prasetio, Direktur Niaga dan Layanan Ade R. Susardi, Direktur Operasi Tumpal Manumpak Hutapea, Direktur Teknik Rahmat Hanafi dan Direktur Human Capital Salman El Farisiy,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam keterangan tertulisnya.
BACA JUGA: PKPU Berakhir Damai, Garuda (IDX: GIIA) Maksimalkan Profitabilitas
Saat ini pemegang saham GIAA terdiri dari Pemerintah Indonesia dengan 60,54 persen, PT Trans Airways milik orang terkaya Indonesia Chairul Tanjung sebanyak 28,27 persen dan masyarakat 11,19 persen.
RUPS LB Garuda Indonesia sendiri dihadiri oleh 23.147.331.000 lembar saham atau 89,42 persen atau setara kehadiran pemerintah dan perwakilan Chairul Tanjung.
RUPST juga menyetujui Laporan Tahunan Perseroan Tahun Buku 2021, juga persetujuan penunjukan Kantor Akuntan Publik dan/atau Akuntan Publik untuk mengaudit Laporan Keuangan Perseroan Tahun Buku 2022 dan Laporan Keuangan dan Pelaksanaan Program Pendanaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perseroan Tahun Buku 2022.
RUPST kali ini juga menyetujui Pengukuhan Pemberlakukan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia terkait tata kelola Perseroan.
BACA JUGA: Sejarah Pelita Air yang Digadang Mengganti Garuda Indonesia (IDX: GIAA)
“Dengan susunan manajemen Garuda Indonesia saat ini, kami akan berupaya sebaik mungkin untuk membawa Garuda Indonesia sebagai entitas bisnis yang sehat melalui implementasi berbagai aksi strategis yang telah didiskusikan secara intensif sebelumnya bersama seluruh stakeholder,” jelas Irfan lebih lanjut.
Lalu bagaimana profil Salman El Farisiy sebagai direktur Garuda Indonesia yang baru?
Salman merupakan doktor hukum dari Universitas Jayabaya. Kampus yang sama juga memberi gelar magister kenotariatan kepada Salman. Sedangkan gelar sarjana diperoleh dari Fakultas Hukum Krisnadwipayana.
Sebelum bergabung ke BUMN, Salman merupakan pengacara aktif dan entrepreneur. Dia mengelola firma hukum PT Enam Tujuh Group sebagai direktur utama (2013-2019), dalam perannya sebagai pengelola kantor hukum ini, Salman juga menjadi Tenaga Ahli Hukum Kementerian ESDM (2014-2017).
Artinya dalam periode ini, Salman melayani tiga era menteri dan separuh era menteri ESDM ke empat yakni Sudirman Said (2014-2016), Arcandra Tahar (Juli-Agustus 2016), Luhut Binsar Pandjaitan (Agustus-Oktober 2016) dan separuh era Ignasius Jonan (Oktober 2016-Oktober 2019).
Seiring peran Tenaga Ahli Hukum Kementerian ESDM, Salman juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Enam Tujuh Multikarya dengan bidang usaha pengelolaan SDM.
BACA JUGA: Profil Andi Fahrurrozi, Dirut GMFI Kepercayaan Garuda (IDX: GIAA)
Salman selanjutnya juga ditetapkan sebagai Managing Partner Kantor Hukum Enam Tujuh (2016-sekarang).
Karirnya juga kembali ke lingkungan pemerintah dengan menjadi Tenaga Ahli Hukum PT Krakatau Steel Tbk. (IDX: KRAS) sejak 2020 hingga Juli 2022.
Peran ini kemudian mengantarkan Salman menjadi Direktur Utama anak usaha KRAS yakni PT Krakatau Daya Listrik sejak Juli 2022 lalu.
Baru sebulan menjabat Direktur Utama di anak usaha KRAS, jabatannya langsung dikerek oleh Menteri BUMN Erick Thohir menjadi Human Capital Garuda Indonesia dalam RUPS Luar Biasa 12 Agustus 2022.
Outlook Kinerja Garuda Indonesia 2022
Sementara itu, setelah Garuda Indonesia melakukan homologasi penyelesaian utangnya pada bulan lalu, maskapai penerbangan milik negara itu mulai menunjukkan kinerja ke arah positif. Irfan menyebutkan dalam 3 bulan terakhir, Perseroan mencatakan perbaikan aspek pendapatan usaha.
Secara bertahap Garuda Indonesia juga melakukan penambahan frekuensi penerbangan khususnya pada rute-rute penerbangan dengan kinerja positif.
Hingga periode Agustus 2022 ini, Garuda Indonesia turut mencatatkan pertumbuhan frekuensi sebesar 32 persen dibandingkan periode Juni 2022 dimana per minggunya – Garuda Indonesia mencatatkan rata-rata frekuensi penerbangan sebesar 850 penerbangan.
Lebih lanjut, pada kuartal I/2022 Garuda Indonesia secara grup mencatatkan penurunan realisasi rugi hingga USD224,14 juta, menyusut 42 persen dibandingkan dengan kuartal I tahun 2021 sebesar USD385,36 juta.
Penurunan rugi ini disebabkan penurunan beban usaha Perusahaan di awal tahun 2022 ini yang tercatat USD526,34juta pada kuartal pertama di awal tahun ini, di mana pembukuan beban usaha tersebut lebih rendah 25 persen dari catatan beban usaha tahun lalu sebesar USD702,17juta. (Ira Guslina)
