HeadlineSosok

Profil Hoo Anton Siswanto yang Antar IPO Esta (NEST), Grup Salim Pernah jadi Mitra di Bisnis Kecap

PT Esta Indonesia Tbk. (NEST) akan melepas 20% atau 822,5 juta lembar saham yang dicatatkan dan disetor penuh melalui Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan memperkirakan IPO akan dilangsungkan pada 8 Agustus 2024, dengan catatan seluruh tahapan disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti jadwal yang diajukan.

Harga saham NEST ditawarkan dalam periode bookbuilding sebesar Rp160 hingga Rp200 per lembar. Dengan rentang harga ini, perusahaan berpotensi meraup dana publik hingga Rp164,5 miliar jika terlaksana pada harga batas atas. IPO NEST difasilitasi oleh KGI Sekuritas Indonesia (kode broker: HD), sementara pelaksana emisi akan ditentukan seiring penetapan harga IPO.

Bidang usaha Esta Indonesia adalah budidaya dan perdagangan sarang burung walet. Sementara itu, pemegang saham terakhir perusahaan sebelum IPO adalah Hoo Anton Siswanto (99,91%) dan Djoko Hartanto (0,09%).

Dana jumbo dari IPO lebih dari seperempat atau 26,5% akan mengalir ke pemegang saham terbesar yakni Hoo Anton Siswanto.

Perinciannya, NEST akan membelanjakan 7,57% dana IPO atau maksimal Rp 12,45 miliar untuk membeli tanah dan bangunan di Poso, Sulawesi Selatan milik Hoo Anton Siswanto yang tidak terletak dalam satu hamparan. Perusahaan menyebut di atas lahan ini sudah berdiri rumah walet dan beroperasi sejak 2024.

Selanjutnya 18,93% akan disetor ke PT Tunas Esta Indonesia (TEI). Selanjutnya TEI akan membeli 6 bidang tanah dan satu bangunan dalam satu hamparan. Kawasan ini disiapkan untuk produksi sarang burung walet berupa pembersihan, pencucian dan pengemasan sarang burung untuk diekspor. Rencana itu disiapkan untuk 2026. TEI sendiri adalah perusahaan kosong dan belum beroperasi.

“Kantor Operasional dan Pabrik tersebut berlokasi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah yang dimiliki oleh pihak afiliasi (Bapak Hoo Anton Siswanto selaku Direktur Utama dan Pemegang Saham Pengendali Perseroan),” tertulis dalam prospektus yang dikutip Jumat, 26 Juli 2024.

Sedangkan sisa dana IPO akan digunakan untuk modal kerja yakni pembelian bahan baku, pembayaran gaji, pembelian alat dan bahan pendukung kegiatan operasional, serta untuk membiayai kegiatan operasional.

Lalu bagaimanakah profil Hoo Anton Siswanto yang mengantarkan bisnis sarang waletnya IPO?

Dikutip dari prospektus, perusahaan sarang walet ini didirikan oleh Hoo Tek What Anton dan Hoo What Siong Didik Denni dengan kepemilikan masing-masing 50%.

Hoo Tek Hwat Anton merupakan subjek hukum alias pribadi yang sama dengan Hoo Anton Siswanto. Adapun perbedaan nama tersebut disebabkan oleh adanya pergantian nama yang didasari dengan Penetapan No. 198/pdt/p/1990/PN.Smg yang ditetapkan oleh Pengadilan Negeri Semarang.

Selanjutnya, terjadi peralihan dalam keluarga Hoo dimana Hoo Anton Siswanto menjadi pemegang saham terbesar pada 2010 dengan kepemilikan 96%. Selanjutnya sebesar 4% dimiliki oleh ibunya Lenawati Pujoastuti.

Masuknya nama Djoko Hartanto sebagai pemegang saham terjadi pada 2022. Saham ini berasal dari hibah Lenawati kepada kedua anaknya dimana Anton mendapat 98 lembar dan Djoko sebanyak 2 lembar. Hibah ini mendapatkan persetujuan sang suami, Hoo Giok Siong alias Hadi Siswanto.

Hoo Anton kemudian melakukan inbreng aset tanah serta bangunan atas nama pribadi yang dimiliki termasuk melakukan suntikan tunai. Hasilnya, sebelum IPO, modal dasar dan modal ditempatkan NEST total menjadi Rp164,5 miliar.

Dalam keluarga Hoo, Anton dipercaya ikut memimpin bisnis utama konglomerasi, perusahaan kecap yang memiliki sejarah panjang, Kecap Sukasari.

Bisnis ini dirintis oleh sang kakek, Hoo Hian Loang, pada 1930 di Semarang, Jawa Tengah. Bisnis kecap ini kemudian dibesarkan oleh ayahnya Hoo Giok Siong alias Hadi Siswanto dan sang ibu Lenawati Pujoastuti. Hadi Siswanto merupakan anak laki-laki satu-satunya.

Kecap produksi keluarga Hoo semula bernama Piring Lombok hingga 1990 dan menguasai pasar Semarang bersama Kecap Bango.

Berkongsi dengan Grup Salim

Perubahan nama dari Piring Lombok ke Sukasari terjadi setelah keluarga Hoo pecah kongsi dengan Grup Salim. Mulanya kedua keluarga bekerja sama pada 1990. Langkah yang diharapkan membawa Piring Lombok dapat berekspansi lebih luas, sedangkan bagi Salim Grup, Piring Lombok yang bersaing ketat dengan Cap Bango diharapkan dapat menahan laju merek Unilever itu.

Akibat perbedaan visi, kerja sama antar dua keluarga konglomerat Semarang itu tidak mudah. Akhirnya keluarga Hoo menarik diri dari Piring Lombok dan menjual sepenuhnya kepemilikan perusahaan kepada Grup Salim di bawah Indofood pada 1991 atau hanya bertahan satu tahun.

Keluarga ini kemudian mendirikan PT Sukasari dan kembali merintis perusahaan kecap. Dalam profil di prospektus, Anton mencatatkan dirinya sebagai direktur pada perusahaan keluarga ini sejak 1992 atau sejak didirikan kembali. Anton juga mencatatkan posisi sebagai komisaris utama sejak 2008 .

Profil Karir Anton Siswanto

Lahir: 1968 (usia 56 tahun)
Pendidikan: S1 Management di University of Western Australia (1989)

Pengalaman kerja:

1992 – 1997 PT. Sukasari / Direktur
1997 – 2003 PT. Sukasari Mitra Mandiri / Direktur
2003 – 2008 PT. Sukasari Mitra Mandiri / Komisaris
2000 – Sekarang PT. Esta Indonesia / Direktur Utama
2008 – Sekarang PT. Sukasari Mitra Mandiri / Komisaris Utama

Redaksi

Dukung kami untuk terus menyajikan konten bermanfaat dan memberi insight. Hubungi kami untuk konten di redaksi@theeconopost.com. Untuk kerja sama iklan dan promosi lainnya ke marketing@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com