FokusHeadlineIHSG

IPO Merdeka Battery Materials (IDX: MBMA), Dejavu Pencatatan Saham Adaro Energy (ADRO)

Pemilik atau penerima manfaat terakhir dari IPO PT Merdeka Battery Materials Tbk. (IDX: MBMA) adalah Winato Kartono dan Edwin Soeryadjaya. Keduanya adalah pemilik emiten Merdeka Copper Gold (IDX: MDKA), entitas induk dari MBMA. 

Kedua crazy rich ini mengendalikan MDKA melalui PT Provident Capital Indonesia dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (IDX: SRTG). 

MDKA memiliki saham Merdeka Battery Materials (IDX: MBMA) sebesar 54,82 persen sebelum IPO melalui PT Merdeka Energi Nusantara (MEN). 

Dalam prospektus Merdeka Battery Materials (IDX: MBMA), pemegang saham lainnya adalah Garibaldi Thohir (12,41 persen), Huayong International (Hong Kong Limited) dengan 8,45 persen, Winato Kartono (7,05 persen), PT Prima Langit Nusantara (4,64 persen), PT Prima Puncak Mulia (4,22 persen), Hardi Wijaya Liong (3,02 persen), Philip Suwardi Purnama (2,69 persen), Edwin Soeryadjaya (2,38 persen), Agus Superiadi (0,24 persen), dan Trifena (0,08 persen). 

PT Prima Langit Nusantara dan PT Prima Puncak Mulia sendiri adalah entitas dari PT Prima Ultima Investama. Sedangkan Perusahaan ini, pemilik akhirnya adalah PT Provident Indonesia, yang artinya kembali berujung ke Winato Kartono.  

 

Struktur pemilik Merdeka Battery Materials IDX MBMA sebelum IPO

IPO Merdeka Battery Materials  Tbk. (IDX: MBMA) direncanakan pada 18 April 2023. Meski demikian, jadwal IPO ini masih menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan sehingga jadwal pelepasan saham ke publik dapat setelahnya atau tepat waktu.

Dalam prospektus yang diterbitkan di e-IPO dan dikutip Kamis, 30 Maret 2023, IPO MBMA ditawarkan dalam rentang harga Rp 780 – Rp 795. Perusahaan akan melepas 10,24 persen saham atau sekitar 11 miliar lembar. Sehingga melalui IPO MBMA akan meraup dana dari masyarakat sebesar Rp8,74 triliun. 

Perusahaan juga memasang opsi penambahan penjatahan sebanyak 1,01 persen saham baru atau sekitar 1,1 miliar lembar. Dengan strategi ini, seluruh saham IPO jika terserap akan menghasilkan tambahan modal Rp 9,61 triliun. 

Penggunaan dana IPO oleh MBMA dirancang untuk membayar utang ke induk usaha dan injeksi modal ke anak usaha.

Perinciannya, 48 persen melunasi utang. Utang jumbo ini untuk ke induk usaha yakni MDKA sebesar US$225 juta (sekitar Rp 3,38 triliun dengan kurs Rp 15.062) dan ING Bank N.V., cabang Singapura sebesar US$75 juta (Rp 1,12 triliun). 

Selanjutnya sekitar 5 persen juga akan dibayarkan ke MDKA. Tambahan pembayaran dana ke MDKA ini untuk mengambil alih hak tagih sebesar US$30 juta (Rp 460,5 miliar) yang timbul dari Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk tanggal 23 Agustus 2022. Fasilitas ini diberikan MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia. 

“Sehingga Perseroan, setelah pengalihan hak tagih dari MDKA, akan memiliki hak tagih kepada MTI sebesar US$30 juta atau setara Rp460,5 miliar dengan syarat dan ketentuan yang sama dengan Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk,” tulis MBMA dalam prospektusnya. 

struktur bisnis PT Merdeka Battery Materials Tbk MBMA

Rampung mengembalikan dana milik MDKA, Emiten nikel ini kemudian menganggarkan dana IPO sebesar 1,5 persen untuk modal kerja yang mencakup biaya karyawan, biaya jasa profesional dan biaya keuangan.

Perusahaan holding ini kemudian akan menyalurkan pinjaman sebesar 8 persen dari dana IPO kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI). Dana ini selanjutnya akan digunakan untuk membiayai kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan smelter dalam Proyek Acid, Iron, Metal (AIM) I, yang dijadwalkan akan memulai produksi pada pertengahan kedua tahun 2023.

Lalu dana IPO sebanyak 14 persen akan dipinjamkan kepada Zhao Hui Nickel (ZHN). Dana dari IPO ini selanjutnya akan digunakan untuk  belanja modal pembangunan smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF). Sedangkan sisanya akan dijadikan tambahan penyetoran modal kepada PT Merdeka Industri Mineral guna mendukung pembangunan Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP) high pressure acid leach plant  HPAL atau IKIP HPAL1.

Sejarah dan Profil Merdeka Battery Materials (IDX: MBMA)

Merdeka Battery Materials (IDX: MBMA) adalah perusahaan baru yang dibangun sejak 2019 dengan pendekatan akuisisi bisnis pemilik. Dengan strategi ini, laporan keuangan perusahaan dari tahun ke tahun tidak mencerminkan kondisi perkembangan usaha. Akuisisi strategis ini dilakukan sejak awal, sedangkan aksi paling strategis terjadi pada 2022. Laporan keuangan perusahaan menggunakan dua kantor akuntan publik yakni Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (anggota firma BDO International) serta KAP KAP Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan (anggota firma Crowe Global) untuk entitas dan induk dalam grup. 

Merdeka Battery Materials (IDX: MBMA) mulanya didirikan dengan nama PT Hamparan Logistik Nusantara pada 2019 oleh PT Provident Capital Indonesia (99,96 persen) dan PT Provident Indonesia (0,04 persen). Penggunaan nama Merdeka Battery dilakukan pada Juli 2022. Setelah berdiri, terdapat sejumlah aksi korporasi yang dilakukan.

Berikut rincian akuisisi yang dilakukan Merdeka Battery Materials (IDX: MBMA) hingga prospektus IPO diterbitkan pada Maret 2023:

  • Maret 2022 – Perseroan mengakuisisi 100 persen kepemilikan langsung di PT Merdeka Energi Industri (MED/sebelumnya dikenal sebagai PT Jcorps Industri Mineral), yang merupakan perusahaan induk dari sejumlah perusahaan yang menyediakan infrastruktur pendukung untuk Tambang PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) dan Smelter RKEF. Melalui akuisisi saham MED, Perseroan secara tidak langsung memperoleh kepemilikan sebesar 32 persen di IKIP.
  • Perseroan mengakuisisi 95,3 persen kepemilikan langsung di PT Merdeka Industri Mineral (MIN/sebelumnya dikenal sebagai PT J&P Indonesia), yang memiliki 51 persen saham di SCM, perusahaan tambang, serta 49 persen saham dan 28,4 persen saham masing-masing di PT Cahaya Smelter Indonesia (CSID) dan PT Bukit Smelter Indonesia (BSID), perusahaan pelaksana proyek Smelter RKEF CSID dan BSID.
  • April 2022 – MIN melakukan penyertaan saham baru di CSID dan BSID masing-masing sebesar 1,1 persen saham dan 21,7 persen saham, sehingga menyebabkan MIN memiliki 50,1 persen saham masing-masing di CSID dan BSID.
  • Mei 2022 – Perseroan menerbitkan 7.331.650 saham baru yang sebagian diambil bagian oleh PT Merdeka Energi Nusantara (MEN) sebesar 4.082.677 saham, sehingga MEN memiliki sebesar 55,67 persen dari seluruh modal ditempatkan dan modal disetor di Perseroan. Sebagai hasilnya, MDKA yang memiliki sebesar 99,99 persen di MEN, menjadi pemegang saham pengendali Perseroan.
  • Perseroan memperoleh pengendalian dengan melakukan penyertaan saham baru sebesar 50,1 persen, di PT Zhao Hui Nickel (ZHN), perusahaan pelaksana proyek untuk Smelter RKEF ZHN, yang saat ini sedang dibangun.
  • Juni 2022 – Perseroan menambah kepemilikan langsung di MIN sehingga kepemilikan saham Perseroan di MIN meningkat dari 95,30 persen menjadi 99,99 persen. Perseroan menerbitkan 584.007 saham baru yang sebagian diambil bagian oleh MEN sebesar 292.907 saham, sehingga MEN memiliki sebesar 55,26 persen dari seluruh modal ditempatkan dan modal disetor di Perseroan.
  • Juli 2022 – Perseroan melakukan perubahan nama menjadi PT Merdeka Battery Materials.
  • Desember 2022 – Perseroan mendirikan Merdeka Battery Materials (Malaysia) Sdn. Bhd (MBM MY) dan Merdeka Battery Materials (Sarawak) Sdn. Bhd.(MBM SW), yang merupakan Perusahaan Anak yang didirikan di Malaysia dan dimiliki masing-masing sebesar 100 persen oleh Perseroan secara langsung.
  • Perseroan menerbitkan 911.479 saham baru yang seluruhnya diambil bagian oleh MEN, sehingga MEN memiliki sebesar 59,88% dari seluruh modal ditempatkan dan modal disetor di Perseroan.
  • Perseroan melakukan penyertaan saham baru di BPI yang mengakibatkan Perseroan memiliki 66,4 persen saham di PT Batutua Pelita Investama (BPI), perusahaan yang memegang 80 persen kepemilikan saham di PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), perusahaan pelaksana yang memiliki Proyek AIM I.
  • Januari 2023 – Perseroan secara langsung maupun tidak langsung mengakuisisi 33,6 persen kepemilikan saham di BPI, sehingga Perseroan memiliki 100 persen kepemilikan efektif di BPI. 

Dengan serangkaian aksi akuisisi ini, per September 2022, MBMA memiliki aset sebesar US$ 1,89 miliar (sekitar Rp 28,48 triliun). Dari aset ini, liabilitas perusahaan sebesar US$ 602,11 juta dan ekuitass US$ 1,29 miliar. 

MBMA sendiri baru memiliki pendapatan pada 2022 setelah akuisisi rampung. Pada tahun lalu pendapatan MBMA adalah US$ 289,44 juta, dengan laba komprehensif tahun berjalan US$ 32,45 juta. 

Dalam prospektusnya, perusahaan menyebutkan baru akan mengusulkan dividen pada 2026 atas kinerja 2025. Usulan dividen sebanyak banyaknya 30 persen dari laba bersih tahun buku.

“Kemampuan Perseroan untuk mengumumkan dividen atas saham akan tergantung pada kinerja keuangan, laba ditahan, kondisi keuangan, arus kas dan kebutuhan modal kerja Grup MBM di masa depan, serta belanja modal, komitmen kontraktual dan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan usaha Grup MBM di masa depan,” tertulis dalam prospektus. 

DeJavu IPO Adaro (IDX: ADRO)

Dengan rangkaian aksi korporasi MBMA ini, Tempias mencatat aksi IPO ini seperti DeJavu rekor IPO Adaro Energy Indonesia (IDX: ADRO). 

Hal ini tidak lepas dari MBMA yang didukung Grup Provident, Grup Saratoga dan Garibaldi ‘Boy’ Thohir. Saratoga dan Garibaldi merupakan dua dari empat keluarga konglomerat pemilik Adaro (IDX: ADRO).  

Sementara dengan Grup Provident, ketiganya berinvestasi di PT Merdeka Copper Gold Tbk. (IDX: MDKA) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (IDX: GoTo). Sedangkan Saratoga dan Provident juga berkongsi berdua di Grup Tower Bersama (IDX: TBIG). 

Dalam aksi MBMA ini, skema yang digunakan para pemilik mirip dengan IPO Adaro yakni leveraged buy-out (LBO). Artinya akuisisi dibiayai dengan pinjaman. Dalam aksi Adaro pinjaman mengandalkan perbankan, sementara dalam aksi korporasi di MBMA mendapatkan pinjaman dari MDKA yang akan dikembalikan setelah dana IPO terkumpul. 

Jika IPO Adaro dilakukan di tengah euforia batu bara, IPO MBMA terlaksana saat dunia sedang bergerak untuk pindah ke kendaraan listrik yang membutuhkan nikel dalam jumlah besar guna membangun kapasitas baterai. 

Meski tidak mengalahkan IPO Adaro sebesar Rp 12,2 triliun, aksi korporasi MBMA ini tidak kalah jumbo jika terserap seluruhnya yakni Rp 9,7 triliun. Terbesar di 2023 mengalahkan IPO Pertamina Geothermal (IDX: PGEO) yang mengumpulkan Rp 9,05 triliun dan Grup Harita yang juga mengincar Rp 9,7 triliun. 

(Putra, O. Permana)

Redaksi

Dukung kami untuk terus menyajikan konten bermanfaat dan memberi insight. Hubungi kami untuk konten di redaksi@theeconopost.com. Untuk kerja sama iklan dan promosi lainnya ke marketing@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com