IPO Juli 2021, Ini Profil dan Prospek UVCR
Tempias.com, JAKARTA – PT Trimegah Karya Pratama (Tbk) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan dengan brand Ultra Voucher ini menggunakan kode saham UVCR dan direncanakan melakukan initial publik offering (IPO) pada 23 Juli 2021. Pemesanan dapat dilakukan sejak 15 Juli hingga 21 Juli 2021.
UVCR merupakan emiten online applications & services dengan bidang usaha pada perdagangan voucher digital dan jasa teknologi. Secara lebih spesifik, UVCR adalah marketplace dan distributor voucher fisik maupun digital melalui aplikasi Ultra Voucher. Kantor pusat UVCR terletak di jalan Tebet Barat IX Nomor 35 BB, Kecamatan Tebet Barat, Kota Jakarta Selatan, 12810.
Berdasarkan informasi resmi dari prospektus, UVCR, akan melepas sebanyak 500 juta lembar dengan nominal Rp20. Jumlah ini setara dengan 25 persen saham baru. Selain itu perusahaan menerbitkan pemanis berupa waran sebanyak 250 juta lembar.
BACA JUGA: IPO Bukalapak (BUKA), Ini Susunan Pemegang Saham Terbesar Saat Ini
Pada IPO nanti, harga saham yang ditawarkan kepada masyarakat dalam rentang Rp100,- sampai Rp130,- per saham. Dengan estimasi ini, diperkirakan UVCR bisa memperoleh dana segar sebanyak-banyaknya adalah Rp50 miliar hingga Rp 65 miliar.
Saham yang ditawarkan dalam rangka Penawaran Umum seluruhnya merupakan saham baru. Sebagai lanjutan dari IPO ini, UVCR juga melakukan sejumlah langkah seperti menerbitkan waran seri I sebanyak 16,7 persen atau setara dengan 250 juta lembar saham. Dengan begitu setiap pemegang 2 saham baru, akan memiliki hak atas 1 waran seri I.
Masa perdagangan waran seri I di pasar reguler berlangsung pada 23 Juli 2021 hingga 18 Juli 2023. Sedangkan masa perdagangan Waran Seri I di Pasar Tunai berlangsung pada 23 Juli 2021 hingga 20 Juli 2023. Untuk periode pelaksanaan waran Seri I mulai 25 Januari 2022 hingga 21 Juli 2023. Sedangkan masa berlakunya Waran Seri I berlangsung hingga 21 Juli 2023.
Setelah pelaksanaan IPO, maka akan mengubah struktur kepemilikan saham UVCR. Sebelumnya, PT Trimegah Sumber Mas menjadi pemegang saham terbesar dengan 76,9 persen kepemilikan saham. Diikuti oleh PT Mitra Investama Anugrah dengan kepemilikan 9 Persen, Riky Boy H Permata dengan kepemilikan 7,1 persen saham, dan PT Global Indonesia dengan 3,6 persen.
Pelepasan saham kepada publik, mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi sebagai berikut:

Penggunaan Dana
Bagi UVCR, dana yang berhasil diperoleh dari penawaran umum ini nantinya akan digunakan untuk berbagai keperluan. Sekitar 36 persen akan digunakan untuk belanja modal terdiri dari pengembangan produk dan fitur baru berupa perbaikan front-end serta back-end di semua produk yang dimiliki dan untuk pembelian perlengkapan sebagai pengembangan channel distribusi dan pemasaran.
BACA JUGA: IPO PAM Mineral (NICL), Ini Profil Christopher Sumasto Tjia & Sukardi Tandijono Tang Pemegang Saham Pengendali
Selanjutnya, sekitar 34 persen pendanaan akan digunakan untuk beban operasional dengan rincian penambahan sumber daya manusia, software dan jasa sebagai pengembangan channel distribusi dan pemasaran. Juga untuk pembayaran sewa kantor atau fasilitas lainnya sehubungan dengan ekspansi kegiatan dan untuk penambahan sumber daya manusia.
Sebanyak 30 persen dana lainnya akan digunakan untuk pengembangan produk dan fitur baru Perseroan dan peningkatan modal kerja.
“Rencana penggunaan dana untuk belanja modal merupakan Capital Expenditure, sedangkan rencana penggunaan dana untuk operasional dan peningkatan modal kerja merupakan Operating Expenditure.”
Sesuai dengan POJK No. 30/2015, maka Perseroan akan menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana hasil IPO secara berkala setiap 6 (enam) bulan dengan tanggal laporan 30 Juni dan 31 Desember kepada OJK. Laporan akan dipertanggungjawabkan kepada para pemegang saham Perseroan dalam rangka Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan.
Kinerja Keuangan dan Prospek Usaha
Bila dilihat secara keseluruhan, kinerja keuangan UVCR hingga 31 Maret 2021 memiliki aset sebesar Rp 45,19 miliar. Aset total setelah dikurangi utang sebanyak Rp 14,35 miliar menjadi Rp 30,83 miliar.
Sayangnya, besarnya aset ini tidak terlalu diikuti oleh laba yang signifikan. Pada 2019 perusahaan membukukan laba Rp307,73 juta. Sedangkan pada 2020, laba perseroan naik menjadi Rp1,56 miliar. Dengan begitu rasio laba neto terhadap pendapatan neto berkisar 0,08 persen (2019 dan 0,46 persen (2020).
UVCR merupakan perusahaan yang menjalankan bisnis di bidang perdagangan voucher digital khususnya sebagai marketplace dan distributor voucher fisik maupun digital melalui aplikasi Ultra Voucher. Voucher fisik dan digital merupakan alat tukar berbentuk voucher yang dibuat oleh merchant yang dapat dibelanjakan sesuai dengan kondisi dan ketentuan tertentu.
Ultra Voucher (UV) adalah aplikasi di mana pengguna dapat menyimpan dan menemukan berbagai macam voucher yang dibuat oleh merchant yang bekerjasama dengan Perseroan. Selain itu, pengguna juga dapat memberikan voucher yang telah dibeli kepada pengguna lain, dengan imbalan berupa reward. Pada saat IPO, setidaknya UV dapat digunakan pada lebih dari 300 brand tersebar di lebih dari 40.000 outlet.
Kegiatan distribusi voucher dilakukan melalui dua jenis channel, yaitu channel internal dan juga channel eksternal. Channel internal merupakan team sales internal dan juga melalui aplikasi yang tersedia di Apple App Store dan Google Play Store. Channel eksternal terdiri oleh partnership dengan perusahaan lain seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dll) dan distributor pihak ketiga yang membeli voucher dari Perseroan dalam jumlah besar.
Di luar itu UVCR juga memberikan value added tools and services untuk customer corporate sehingga mempermudah proses voucher generation, distribution dan juga redemption. Selain itu, Perseroan juga menyediakan tools business intelligence dalam bentuk dashboard ke customer B2B yang membantu mengumpulkan dan menganalisa data voucher redemption.
Sebagai bagian dari inovasi perusahaan, pada Desember 2019, UVCR meluncurkan produk unggulannya yaitu Ultra Voucher Gift Card. Program ini merupakan voucher dalam bentuk fisik yang dapat mempermudah proses untuk menemukan dan menukarkan voucher untuk pengguna.
Saat ini, seiring dengan kenaikan popularitas e-commerce dan pembayaran digital di Indonesia, industri voucher memunculkan inovasi baru, yaitu voucher digital. Dengan inovasinya voucher digital, maka kasus penggunaan voucher juga menambah Business intelligence sehingga voucher dapat digunakan sebagai alat business intelligence untuk memperoleh data customer behavior dan juga.
Voucher digital juga menambah attribution yaitu dengan menggunakan kode unik, voucher dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan atribusi kampanye marketing. Atribusi tersebut dapat membantu perusahaan mengetahui dampak kampanye marketing yang mereka menjalani.
“Untuk mewujudkan Visi Perseroan menjadi pemimpin pasar dalam bidang voucher digital, Perseroan akan menjadi one-stop shop untuk semua kebutuhan voucher.”
Saat ini secara keseluruhan industri voucher masih berada pada fase growth atau bertumbuh. Ditambah lagi situasi pandemi yang membuat jumlah transaksi digital meningkat. Hal ini secara tidak langsung juga menyebabkan adanya peningkatan pada penggunaan voucher digital.
Setelah proses Penawaran Umum selesai dilakukan, Perseroan berencana menggunakan dana untuk pengembangan IT dan juga ekspansi usaha ke Singapura dan Malaysia. Dengan mengembangkan sistem informasi, UVCR akan menambah platform baru di dalam aplikasi.
“Dengan adanya marketing yang lebih kuat, maka Ultra Voucher akan lebih dikenal dan lebih familiar dengan merek Ultra Voucher.”
Meski begitu, risiko utama pengembangan produk voucher digital adalah tentang perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat dan rentan terhadap persoalan keamanan data. Selain itu peluang munculnya perusahaan sejenis dengan bidang usaha yang sama terbuka lebar seiring dengan meningkatnya pertumbuhan bisnis digital. ***