FokusHeadlineIHSG

ARB Saham GTS Internasional (IDX: GTSI) dan Kembalinya Mitra Lama

Tempias.com, JAKARTA- Saham PT GTS Internasional (IDX: GTSI) anjlok sejak pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia. Dua hari berturut-turut sejak IPO, Rabu 8 September 2021, harga saham GTSI langsung mentok auto rejection bawah (ARB). 

Pada penutupan perdagangan hari kedua, Kamis, 9 September 2021 harga saham GTSI berada pada level Rp 87. Turun dari pembukaan Rp 93. Padahal saat pertama kali listing harga pelaksanaan IPO GTSI adalah Rp 100. 

Turunnya harga saham GTSI di pasar rupanya berkorelasi dengan ramainya aksi jual dan beli investor lewat pihak pelaksana dan penjamin emisi efek. Saat IPO bertindak sebagai underwriter adalah Reliance Indonesia TBK dengan kode broker LS. 

Bila melihat transaksi perdagangan di bursa, selama dua hari perdagangan Reliance merupakan broker paling aktif menjual dan membeli saham GTSI. Nilai penjualan dan pembelian terlihat imbang di kisaran 1,7 miliar lembar. Selain LS juga ada Jasa Utama Capital Sekuritas (YB) dan Surya Fajar Sekuritas (SF) yang tercatat banyak melepas  saham GTSI. 

 

BACA JUGA: IPO GTS Internasional (IDX: GTSI) Incar Rp 429 Miliar, Begini Prospek dan Bidang Usahanya

 

Sarana Niaga Buana

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia, pada perdagangan Rabu, 8 September 2021, terdapat pembelian saham GTSI oleh PT Sarana Niaga Buana lewat broker Reliance Sekuritas Indonesia. Pembelian tersebut berjumlah 873,8 juta lembar saham. 

Sehari sebelumnya, Reliance Sekuritas juga memborong saham GTSI sebanyak 873,8 juta lembar saham. Dengan pembelian itu baik Sarana Niaga Buana dan Reliance masing-masing memegang saham GTSI sebanyak 5,52 persen. 

PT Sarana Niaga Buana adalah perusahaan perdagangan, perindustrian dan pengangkutan darat yang berdiri sejak 2012. Perusahaan ini berkedudukan di Jakarta Pusat dan beralamat di Jalan KH Hasyim Ashari Gambir. 

Hubungan kerjasama antara SNB dan PT Humpuss bukan pertama kali ini terjadi. Berdasarkan laporan keuangan Humpuss per Desember 2016, pada 2014 SNB tercatat pernah mengakuisisi 39,99 persen saham PT Humpuss Transportasi Curah (HTC) yang merupakan anak usaha dari PT Humpuss Intermoda Transportasi (IDX: HITS). Akuisisi ini membuat SNB menjadi pemegang saham pengendali HTC. Saat itu, divestasi Humpuss bertujuan untuk untuk memperbaiki kinerja keuangan yang dianggap selalu terbebani oleh HTC. 

Selanjutnya, pada 2018, Humpuss melalui anak usahanya PT MISI Hutama Internasional (MISI) mengambil alih kembali saham HTC dari Sarana Niaga Buana. Pengambilalihan saham kembali itu membuat HITS yang memiliki 99,9 persen saham di MISI menjadi pengendali HTC lagi. 

“Transaksi pemindahan hak atas saham tersebut menyebabkan terjadinya peruhana pengendali di HTC yang semula dipegang SNB menjadi beralih kembali kepada perseroan,” tulis direksi Humpuss dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia pada 18 Desember 2018. 

Masuknya  Sarana Niaga Buana menggenggam saham GTS di atas 5 persen saat harga saham GTS jatuh, memancing pertanyaan sejumlah investor. Akankah kisah sama terulang, Humpuss akan memborong kembali sahamnya dari SNB? 

 

 

Putra

Editor In Chief https://www.theeconopost.com/ Hubungi saya di redaksi@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com