HeadlineIHSG

3 Kelompok Ekonomi Penerima Pinjaman Terbesar dari BCA (BBCA)

Tempias.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk (IDX: BBCA) dalam laporan keuangan triwulan III/2022 melaporkan membukukan kredit yang diberikan bersih sebesar Rp 665,60 Triliun per September 2022. Capaian kredit bersih ini meningkat 6,8 persen dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 589,81 triliun. Lonjakan pemberian pinjaman ini sekaligus mampu membuat bank milik Djarum Group itu membukukan laba Rp 29 triliun. 

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia Kamis, 20 Oktober 2022, kredit BCA dalam rupiah berdasarkan sektor ekonomi terbesar dikucurkan ke kelompok perdagangan, restoran dan hotel. Segmen ini menyerap kredit Rp 146,96 triliun. Sektor ekonomi ini sekaligus penyumbang kredit macet terbesar yakni Rp 2,86 triliun.

Kelompok ekonomi kedua terbesar yang dikucuri kredit oleh BBCA dalam laporan keuangannya adalah sektor manufaktur. Tercatat bank dengan seragam karyawan phoenix dan bunga cengkeh itu telah mengucurkan kredit sebesar Rp 132,87 triliun dan kredit macet Rp 1,64 triliun.  

Terbesar ketiga adalah jasa bisnis. Per September 2022 lalu, BCA telah mengucurkan kredit dalam rupiah Rp 104,21 triliun ke segmen ini. Kelompok ekonomi ini memiliki kredit macet Rp 574 miliar.

Jika penerima kredit dalam rupiah terbesar adalah perdagangan dan hotel, maka penerima kredit valuta asing didominasi oleh manufaktur. BCA telah mengguyur kelompok usaha ini kredit setara Rp 24,23 triliun. Meski demikian, sektor ini secara rasio memberi cukup tekanan ke perusahaan karena memiliki kredit macet setara Rp 803 miliar dan diragukan Rp 2,69 triliun. 

Penerima kredit valas terbesar kedua berasal dari sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan kredit valuta Rp 8,84 triliun dan macet Rp 1,59 miliar. Sementara terbesar ketiga adalah pertanian dan sarana pertanian dengan pinjaman diberikan Rp 5,71 triliun dan tidak memiliki kredit macet. 

Dengan total penyaluran kredit Rp 665,6 triliun dalam dolar dan rupiah, secara lebih detail BCA mengelompokkan kredit dalam kategori macet sebesar Rp 7,79 triliun, diragukan Rp 4,86 triliun, kurang lancar Rp 1,66 triliun, dalam perhatian khusus Rp 12,07 triliun dan lancar Rp 639,2 triliun. 

Untuk mengantisipasi risiko ini, BBCA telah membentuk pencadangan kredit sebesar Rp 35,53 triliun. 

Dalam keterangan tertulisnya, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja menyebutkan berdasarkan kelompok usaha, kredit korporasi meningkat 13,4 persen secara tahunan menjadi Rp306,1 triliun, sedangkan kredit komersial dan UKM naik 12,6 persen mencapai Rp203,5 triliun. 

Bisnis konsumer BCA  naik dobel digit. Tercatat pinjaman kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 10,4 persen menjadi Rp105,0 triliun, dan kredit kendaraan bermotor (KKB) naik 9,2 persen menjadi Rp43,8 triliun. Outstanding kartu kredit tumbuh 15,8 persen menjadi Rp13,0 triliun. Sehingga total portofolio kredit konsumer naik 10,4 persen menjadi Rp165 triliun.  

Dalam rilis juga disebutkan secara keseluruhan, total kredit BCA naik 12,6 persen menjadi Rp682 triliun. 

“Sebagai bentuk optimisme dalam mendorong penyaluran kredit dan mendukung pemulihan ekonomi, kami kembali menyelenggarakan BCA Expo Hybrid 2022. Kami melihat tren pemulihan permintaan kredit konsumer berlanjut. Didukung pelaksanaan dua kali expo di tahun ini, kami menerima total aplikasi KPR dan KKB senilai Rp30 triliun,” ulas Jahja dalam keterangan tertulisnya. 

Dalam rilis yang sama disebut dana murah BCA atau dana giro dan tabungan (CASA) naik 15,1 persen mencapai Rp 830,4 triliun per September 2022, berkontribusi hingga 81 persen dari total dana pihak ketiga. Pertumbuhan CASA menjadi penopang utama bagi kenaikan total dana pihak ketiga mencapai Rp 1.026 triliun, atau tumbuh 11 secara tahunan. Sejalan dengan capaian tersebut, total aset BCA naik 10,2 persen menjadi Rp 1.289 triliun. 

Dari sisi kualitas pinjaman, Jahja menyebut dalam keterangan tertulisnya portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. Rasio loan at risk (LAR) turun ke 11,7 persen di sembilan bulan pertama tahun 2022, dibandingkan 17,1 persen di tahun sebelumnya. Rasio kredit bermasalah (NPL) mencapai 2,2 persen, sementara rasio pencadangan NPL dan LAR berada pada level 247,9 persen dan 49,9 persen.

Dia juga menyebutkan sehubungan dengan pengembangan myBCA yang dipersiapkan menjadi aplikasi pelayanan terintegrasi di masa depan, BCA telah menambahkan layanan wealth management melalui fitur WELMA untuk transaksi produk investasi reksa dana dan obligasi pasar sekunder.Juga ada tambahan fitur Bayar dan Isi Ulang. 

“Kami konsisten mengusung konsep hybrid banking  dalam melayani basis nasabah yang terus bertumbuh, baik di ekosistem online maupun offline. Sementara itu, kami terus mencermati situasi perekonomian global dan domestik, terutama terkait tren kenaikan suku bunga acuan dan inflasi. Kami berkomitmen menjaga pertumbuhan kredit yang berkualitas, sekaligus melangkah secara prudent ke depan,” katanya.

Sementara itu, dalam pembukaan perdagangan hari ini, Jumat, 21 Oktober 2022, saham BCA dibuka melemah pada level Rp 8.450, meski demikian pada pukul 09.15 WIB, saham BBCA kembali ke zona hijau dan bertengger di level Rp8.600. Harga saham BCA tertinggi sepanjang masa berada di level Rp 8.875 per lembar. (Putra, 0. Permana)

 

Redaksi

Dukung kami untuk terus menyajikan konten bermanfaat dan memberi insight. Hubungi kami untuk konten di redaksi@theeconopost.com. Untuk kerja sama iklan dan promosi lainnya ke marketing@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com