HeadlineIHSG

Simak! Potensi Deviden Jumbo Astra, Besaran Investasi di GoTo & Daftar Bank Penyimpan Kas Rp 63,9 Triliun

Tempias.com, JAKARTA – Raksasa otomotif PT Astra International Tbk.(IDX: ASII) mengumumkan sepanjang 2021 saldo investasi lain-lain sebesar Rp 16,4 triliun.

Nilai jumbo ini merupakan penempatan pada saham-saham yang ditujukan untuk investasi. Langkah pengembangan kekayaan itu dilakukan melalui dua pendekatan yakni oleh anak usaha Astra yang bergerak dalam bidang asuransi, serta oleh perusahaan secara langsung. 

Oleh perusahaan asuransi Astra, investasi dilakukan pada saham-saham dengan total penempatan sebesar Rp 11,4 triliun.

 

BACA JUGA: Mengintip Saham Dekapan Gojek Tokopedia (GOTO)  Jelang IPO

 

Sementara, Astra sendiri memilih mempertahankan investasi di PT GoTo GoJek Tokopedia. Entitas hasil penggabungan startup Gojek dan perusahaan ecommerce Tokopedia. 

“Masing-masing sebesar Rp 11,4 triliun [oleh perusahaan asuransi] dan Rp 3,5 triliun [oleh Astra di GoTo],” tulis Laporan Keuangan Astra yang ditandatangani oleh Direktur Utama Djony Bunarto Tjondro yang dipublikasikan Jumat, 25 Januari 2022 itu. 

Nilai investasi Astra di GoTo ditaksir tidak mengalami perubahan. Pada 2020, Astra juga menetapkan valuasi investasinya di Goto dengan nilai yang sama. 

“Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan atas nilai tercatat investasi lain-lain pada tanggal 31 Desember 2021,” tertulis lebih lanjut. 

 

BACA JUGA:  Mau Cek Harga Mobil Bekas Hingga Tukar Tambah? Ini Caranya dari Astra (IDX: ASII)

 

Laba Astra Per Saham Potensi Dividen

Laporan keuangan terbaru Astra ini mencatatkan capaian kinerja yang melewati hasil tahun 2020. 

Pada periode 2021, Astra secara konsolidasi berhasil membukukan laba yang diatribusikan sebesar Rp25,58 triliun. Melonjak dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 18,57 triliun.

Dari jumlah ini laba yang diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 20,19 triliun dari sebelumnya Rp16,16 triliun.

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro dalam keterangannya menuturkan Astra bakal membagikan dividen final sebesar Rp 194 per saham. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dividen 2020 sebesar Rp 87 per saham.

Artinya, yang akan dijadikan dividen satara Rp3,91 triliun. Meski demikian, besaran dividen final tersebut akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan pada April 2022 mendatang.

Tambahan ini di luar dividen tunai yang dibagikan pada April 2021 lalu sebesar Rp 45 per saham. Artinya jika digabung total dividen ASII pada 2021 sebesar Rp 239 per saham. Naik lebih dari 100 persen dibandingkan 2020 dengan  Rp 114 per saham.

 

BACA JUGA: Profil Djony Bunarto Tjondro, Bos Astra Group (IDX: ASII)

 

Pembagian laba jumbo ini seiring melonjaknya pendapatan konglomerasi ini dari Rp 175,04 triliun menjadi Rp 233,48 triliun. Saat pendapatan melonjak, ASII membukukan kenaikan beban pokok pendapatan dari Rp 136,26 triliun menjadi Rp 182,45 triliun.

Dengan demikian, laba bruto yang diperoleh sebesar Rp 51,03 triliun dari sebelumnya Rp 38,77 triliun.

Saat laba bruto melonjak, perusahaan dalam konglomerasi Astra berhasil menurunkan beban penjualan Rp 1 triliun atau dari Rp 11,75 triliun pada 2020 menjadi Rp 10,57 triliun tahun lalu. Astra juga mampu menurunkan biaya keuangan dari Rp 3,4 triliun menjadi Rp 2,28 triliun.

Dengan capaian ini, maka laba per lembar saham menjadi Rp 499 dari sebelumnya Rp 399.

Keberhasilan menumbuhkan laba ini sekaligus membawa aset Astra semakin menjulang.Tercatat total aset perusahaan pada akhir 2021 menjadi Rp 367,31 triliun dari tahun sebelumnya Rp 338,2 triliun. 

Dari jumlah ini, sebesar Rp 160 triliun merupakan aset lancar. Yang menarik, dari aset lancar itu, dari kas dan setara kas mencapai Rp 63,94 triliun.

Bank Pengelola Setara Kas Astra (ASII) 2021

Deposito Berjangka Nominal
BTPN Rp 4,04 triliun
BRI Rp 3,11 triliun
Bank Permata Rp 3,04 triliun
OCBC NISP Rp 2,97 triliun
Bank Danamon Rp 2,55 triliun
Bank Mizuho Indonesia Rp 2,05 triliun
Bank Mandiri Rp 1,97 triliun
Bank ICBC Indonesia Rp 660 miliar
Bank DBS Indonesia Rp 500 miliar
Bank HSBC Indonesia Rp 500 miliar
BNI Rp 444 miliar
UOB Indonesia Rp 366 miliar
Maybank Indonesia Rp 268 miliar
Bank Mega Rp 223 miliar
BTPN Syariah Rp 217 miliar
Bank Syariah Indonesia Rp 175 miliar
BCA Rp 169 miliar
MUFG Bank Rp 168 miliar
CIMB Niaga Rp 117 miliar
Bank Panin Rp 71 miliar
Lain-lain Rp 21 miliar
Deposito Berjangka Mata Uang Asing Setelah Dikonversi
BRI Rp 1,22 triliun
Bank Permata Rp 199 miliar
Bank Mandiri Rp 197 miliar
Bank ANZ Rp 123 miliar
Bank CIMB Niaga Rp 71 miliar
MUFG Bank Rp 61 miliar
BTPN Rp 57 miliar
Lain-lain Rp 132 miliar

Bank Pengelola Kas Astra (ASII) 2021

Bank Pengelola Uang Kas Nominal
Bank Permata Rp 3,99 triliun
Bank UOB Indonesia Rp 2,94 triliun
BTPN Rp 2,57 triliun
BRI Rp 2,16 triliun
CIMB Niaga Rp 1,92 triliun
Bank Mandiri Rp 1,43 triliun
HSBC Rp 1,32 triliun
Deutche Bank AG Rp 1,16 triliun
OCBC NISP Rp 1,09 triliun
Bank Danamon Rp 1,02 triliun
DBS Indonesia Rp 1,01 triliun
Standar Chartered Rp 1,00 triliun
MUFG Bank Rp 800 miliar
BNI Rp 780 miliar
BCA Rp 672 miliar
Mizuho Indonesia Rp 518 miliar
Citibank NA Rp 387 miliar
ANZ Indonesia Rp 40 miliar
Maybank Indonesia Rp 19 miliar
Lain-lain Rp 130 miliar
Mata Uang Asing   
Bank Mandiri Rp 2,55 triliun
BNI Rp 2,10 triliun
Bank Permata Rp 1,26 triliun
MUFG Rp 1,14 triliun
OCBC NISP Rp 1,05 triliun
BRI Rp 1,05 triliun
Danamon Rp 715 miliar
Citibank NA Rp 679 miliar
BTPN Rp 592 miliar
ANZ Indonesia Rp 529 miiar
DBS Indonesia Rp 432 miliar
Standard Chartered Rp 425 miliar
UOB Indonesia Rp 418 miliar
Sumitomo Mitsui Rp 73 miliar
CIMB Niaga Rp 72 miliar
Lain-lain Rp 24 miliar

Putra

Editor In Chief https://www.theeconopost.com/ Hubungi saya di redaksi@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com