Cuan Jumbo Gogot Tri Iswahyudi dari IPO Soraya Berjaya (SPRE)
PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) menjadwalkan seremoni pencatatan saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada 3 Juli 2024.
Proses pelepasan saham IPO produsen tekstil selimut tidur, bantal dan guling merek Soraya Bedshett itu dilakukan pada level harga Rp125 per lembar. Pemesanan saham IPO sendiri dilakukan mulai 27 Juni hingga 1 Juli 2024.
Dalam IPO kali ini, SPRE menyiapkan 240 juta lembar saham baru dengan nominal Rp25 untuk dapat dibeli publik. Jumlah ini setara dengan 30% modal yang disetor dan ditempatkan.
Bertindak sebagai pelaksana dan penjamin IPO SPRE adalah MNC Sekuritas (kode broker: EP). Artinya dari aksi korporasi produsen tekstil ini akan diraih dana segar sebesar Rp30 miliar yang sebagian besar akan digunakan untuk pembelian bahan baku.
Manajemen menyebutkan dengan harga pelaksanaan ini, PER IPO SPRE berada pada level 23,84 kali, sedangkan PBV atau harga saham dibandingkan nilai buku berada pada level 3,95x.
Meski demikian, manajemen SPRE mengungkap fluktuasi harga saham dapat terjadi setelah pencatatan sehingga perhitungan PER dan PBV dapat berfluktuasi.
“Tidak dapat dijamin atau dipastikan, bahwa setelah penawaran umum ini, harga saham perseroan akan terus berada di atas harga penawaran,” tertulis dalam prospektus.
Pemenang Wirausaha Muda Mandiri
Sementara itu dalam prospektus juga dijelaskan perusahaan ini dimiliki oleh keluarga Marfetra yang berlatar pegawai negeri sipil.
Perinciannya Rizet Ramawi (pemilik saham (39,75%), Dwi Ristra Utami (10,25%), Ridho Ferman Shatrio (20,25%) merupakan anak dari Marfetra (4,75%). Sedangkan sisanya dimiliki oleh Galaxi Investama Corpora (25%).
Dalam liputan Media Indonesia pada 2016, perusahaan ini mulanya dirintis Marfetra dan menyediakan jahitan baju anak. Baru 2009, setelah bencana Gempa Padang, keluarga ini mulai menggarap perlengkapan tidur.
Soraya Bedsheet kemudian mengantarkan Ridho Ferman meraih Wira Usaha Muda Mandiri tingkat nasional pada 2011. Perusahaan ini kemudian terus berkembang dan menjadi PT pada 2015.
Setelah 9 tahun, perusahaan dari Sumatra Barat itu akan IPO pada pekan depan. Meski demikian, yang menarik IPO SPRE akan mengantarkan Galaxi Investama Corpora (GIC) laba 400% di harga IPO.
Pasalnya, GIC baru menjadi investor SPRE sebelum IPO dan melakukan penyetoran modal sebesar Rp3,5 miliar pada September-Oktober 2023 untuk 25% saham perusahaan nominal Rp1 juta.
Jelang IPO atau tepatnya Februari 2024, SPRE kemudian melakukan dua aksi korporasi yakni meningkatkan jumlah saham dari 14.000 lembar menjadi 1,4 miliar lembar dan nominal turun menjadi Rp40 per saham.
Aksi korporasi berikutnya dengan melakukan stock split dari Rp40 menjadi Rp25.
Rangkaian aksi korporasi ini membuat kepemilikan GIC menjadi 140 juta lembar. Atau dengan harga IPO, investasi yang dilakukan sejak September tahun lalu sebesar Rp3,5 miliar akan naik menjadi Rp17,5 miliar di harga IPO atau naik minimal 400% dalam 10 bulan.
Pemegang saham GIC sendiri adalah Gogot Tri Iswahyudi (60%), Bachder (25%), dan Bachril (15%).
Gogot bertindak sebagai Komisaris Utama dalam GIC sebagai holding investasi. Sosok ini sebelumnya merupakan Direktur Utama disalah satu anak usaha PT Wir Asia Tbk. (WIRG) yakni Jendela Pulsa Indonesia.
Nama Gogot juga tercantum sebagai pemilik saham WIRG sebelum IPO dengan kepemilikan 8.296 lembar (setara 4%). Meski demikian, Gogot tidak mengantar WIRG sampai IPO karena sahamnya dijual sebelum aksi korporasi dilakukan ke Angga.