FinanceHeadlineIHSG

Profil LXI Korea, Investor Baru NICE dan Jejak Politisi PDIP Herman Herry di Lantai Bursa

Politisi PDI Perjuangan Herman Hery Adranacus mengumumkan melepas kepemilikan di perusahaan tambang nikel PT Adhi Kartiko Pratama Tbk. (NICE) melalui dua tahap aksi korporasi. 

Pada langkah pertama, Herman Hery mengantarkan NICE IPO dengan harga pelaksanaan Rp 438 per lembar. Sedikit di atas harga batas bawah Rp 430 per lembar saham saat book building. 

IPO NICE dijadwalkan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Januari 2024 mendatang. Dalam gelaran IPO, pemegang saham pengendali yakni Herman Hery dan anaknyanya yang juga politisi PDI Perjuangan Stevano Rizky Adranacus, melepas total 10% saham NICE. Keduanya secara total akan menerima Rp 266,39 miliar dari dana IPO sesuai porsi saham. 

Secara bersamaan, mitra Herman Hery dalam bisnis tambang nikel ini yakni PT Inti Mega Ventura yang dikendalikan oleh Cathy Tan dan kedua anaknya yakni Victor Agung Susantyo, dan Michael Adhidaya Susantyo juga akan menerima dana segar dari IPO dalam jumlah yang sama. Cathy Tan adalah istri dari Ivy Djaya Susantyo. 

Cathy dan kedua anaknya secara total juga akan menerima Rp 266,39 miliar dari tahapan IPO NICE ke publik. 

Setelah IPO, pemegang saham NICE terdiri dari Herman Herry dengan anaknya melalui PT Sungai Mas Minerals (41%), Inti Mega Ventura milik Cathy Tan (38,18 persen), dan kedua anak Cathy yakni Victor Agung Susantyo, dan Michael Adhidaya Susantyo masing-masing 0,41%, serta masyarakat 20%. 

BACA JUGA: Pemilik Harita Nikel (Trimegah Bangun Persada/NCKL), Tiga Beranak Crazy Rich Hariyanto

Aksi korporasi ini kemudian dilanjutkan dengan penjualan saham milik Herman Herry dan Cathy kepada emiten tambang dari Korea Selatan LXI Group. Sebanyak  1,85 miliar lembar saham akan dijual oleh Herman Herry kepada kelompok ini, sedangkan anak dan istri Ivy Djaya Susantyo menjual 1,789 miliar lembar saham kepada LXI Group. 

LXI group sendiri telah menunjuk PT Energy Battery Indonesia (EBI) sebagai entitas yang akan menyerap saham divestasi kedua keluarga konglomerat ini. 

“Pengambilalihan Perseroan [NICE] tersebut akan dilakukan oleh PT Energy Battery Indonesia sebagai entitas yang ditunjuk oleh LXI, dengan harga penawaran dari Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan dan dilaksanakan segera setelah Perseroan tercatat di BEl atau paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah saham Perseroan tercatat dan diperdagangkan pada di BEl berdasarkan Surat Pernyataan dari LXI tertanggal 6 Desember 2023 yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari CSPA,” dikutip dari prospektus tambahan bertanggal 2 Januari 2024. 

Dengan acuan harga IPO, maka LXI Grup akan membayar Herman Herry dan Keluarga Susanto total Rp 1,59 triliun. 

Penjamin pelaksana emisi efek dalam aksi dua keluarga ini adalah PT KB Valbury Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. dan PT UOB Kay Hian Sekuritas. 

Setelah aksi divestasi, pemegang saham NICE terdiri dari LXI Group melalui EBI (60%), keluarga Herman Herry melalui Sungai Mas Minerals (10,43%), dan keluarga Cathy Tan melalui Inti Mega Ventura (9,57%). 

BACA JUGA: IPO Merdeka Battery Materials (IDX: MBMA), Dejavu Pencatatan Saham Adaro Energy (ADRO)

Jejak Herman Herry di Lantai Bursa

Herman Herry sendiri bukan wajah baru di Bursa Efek Indonesia. Sosok ini jelang pemilu 2019 juga mengantarkan salah satu perusahaannya ke Bursa Efek Indonesia yakni PT Satria Mega Kencana Tbk. (SOTS). 

Mencatatkan saham perdana (IPO) pada 10 Desember 2018, SOTS melepas 400 juta lembar saham dengan harga Rp 165 per lembarnya. Dalam jeda perdagangan hari ini (4/1/2024), SOTS parkir ARB di level Rp 250 per lembar. 

Pemegang saham SOTS dalam publikasi terakhir perusahaan adalah Herman Herry (26%), anaknya Stevano Rizki (24%), istrinya Vonny Kristiani (9,9%), dan putrinya Cindy Angelina Adranacus (0,1%).  

Selebihnya dimiliki oleh Indjun, President Director PT. Anugerah Utama Multifinance (14,34%) dan selebihnya masyarakat (25,67%)

Satria Mega Kencana (SOTS) sendiri merupakan perusahaan induk dengan bisnis melalui perusahaan anak. Entitas ini merupakan pemilik dari Sotis Hotel Falatehan Jakarta, Sotis Residence Penjernihan Jakarta dan Sotis Villa Canggu Bali melalui PT Dwimukti Mitra Wisata. Perusahaan juga memiliki lahan seluas 160 hektar di Sumbawa melalui PT Tanjung Karoso Permai. 

BACA JUGA: Profil Sujaka Lays & Surya Ismail Bahari, Pemilik Black Diamond Resources (IDX: COAL)

Mengenal LX International Corp (LXI) pemilik baru NICE 

Lalu bagaimana dengan profil LX International Corp, entitas bisnis dari Korea Selatan yang akan mencaplok NICE setelah IPO tuntas? Dikutip dari prospektus, LX International Corp. adalah perusahaan dengan bidang usaha energi, bahan industri, dan manajemen di berbagai belahan negara di seluruh dunia. 

Di Indonesia, LXI group telah terlebih dahulu berinvestasi untuk sektor batu bara. Sektor ini juga digarap untuk wilayah China dan Australia. 

Sektor lain yang digarap oleh perusahaan asal Korea Selatan ini di Indonesia adalah perkebunan kelapa sawit di Indonesia, agro, dan usaha perdagangan makanan.

Bisnis lain LX International Corp. adalah pabrik pengolahan baja dan fasilitas pembangkit listrik, termasuk pembangkit listrik tenaga air, termal, kogenerasi, dan petrokimia di Indonesia, Cina, Vietnam, India, dan Polandia. 

LX International Corp. juga terlibat dalam pengembangan dan investasi dalam proyek-proyek pembangkit listrik tenaga minyak dan gas di Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Kazakhstan. 

Selain itu, perusahaan ini juga memperdagangkan resin sintetis, memasok produk petrokimia seperti etanol, MTBE, pendingin, dan bahan kimia organik/anorganik, dan mempromosikan bisnis daur ulang plastik. 

Perusahaan ini memproduksi dan memasok produk baja untuk peralatan rumah tangga dan kendaraan, serta menjajaki bisnis baru yang berkaitan dengan logam non ferrous, seperti nikel dan litium, bahan inti untuk baterai sekunder. Selain itu, perusahaan ini menyediakan layanan manajemen inventaris vendor, termasuk pengadaan, bea cukai, pergudangan, dan transportasi berdasarkan jaringan bisnis dan infrastruktur logistiknya, serta mengembangkan bisnis berbasis TIK generasi berikutnya.

Perusahaan ini sebelumnya dikenal sebagai LG International Corp. dan berganti nama menjadi LX International Corp. pada bulan Juli 2021. LX International Corp. didirikan pada tahun 1953 dan berkantor pusat di Seoul, Korea Selatan. LXI merupakah perusahaan terbuka di Korea Selatan dan tercatat di Bursa Efek Korea (Korea Stock Exchange) pada tahun 1976. 

Redaksi

Dukung kami untuk terus menyajikan konten bermanfaat dan memberi insight. Hubungi kami untuk konten di redaksi@theeconopost.com. Untuk kerja sama iklan dan promosi lainnya ke marketing@theeconopost.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk mengcopy teks yang dibutuhkan hubungi marketing@theeconopost.com