Sejarah Cloudflare: dari Pelindung Kemanan Menjadi Sumber Gagal Akses Internet Dunia
TheEcononopost.com, Cloudflare, perusahaan keamanan internet global yang kini dikenal sebagai penyedia layanan perlindungan dari serangan siber dan percepatan situs web menjadi penyebab ragam situs dunia sulit diakses. Ribuan laporan situs yang menggunakan Cloudflare mulai dari X.com hingga Chatgpt telah masuk sejak Selasa, 18 November 2025 senja sulit diakses.
Lalu apakah perusahaan Cloudflare ini, dan kenapa banyak perusahaan besar menggunakannya?
Cloudflare lahir dari sebuah inisiatif sederhana melacak asal-usul spam surel. Dikutip dari laman perusahaan, Cloudflare berawal dari proyek anti spam ke email. Para pendirinya menyadari adanya kebutuhan yang lebih besar di dunia maya.
Kisah Cloudflare dimulai pada tahun 2004, ketika Matthew Prince dan Lee Holloway membangun Project Honey Pot. Sistem ini dirancang untuk memungkinkan administrator situs web melacak bagaimana para spammer mengumpulkan alamat surel. Seiring berjalannya waktu, arsitektur fleksibel Project Honey Pot diadaptasi untuk melacak berbagai ancaman siber lainnya, menarik partisipasi ribuan situs web dari lebih 185 negara.
Dari Melacak Menjadi Menghentikan
Meskipun Proyek Honey Pot sukses dalam melacak perilaku jahat daring, para penggunanya secara konsisten menyampaikan satu permintaan kunci: jangan hanya melacak penjahat siber, tetapi menghentikan mereka. Permintaan inilah yang menjadi benih ide Cloudflare.
Titik balik terjadi pada tahun 2009. Saat mengambil cuti panjang untuk mengejar gelar MBA di Harvard Business School, Matthew Prince bertemu dengan Michelle Zatlyn, yang kini menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Cloudflare.
Dalam percakapan, Matthew menceritakan tentang komunitas Proyek Honey Pot yang masif. Michelle Zatlyn dengan cepat melihat peluang untuk mengembangkan layanan yang melangkah lebih jauh: tidak hanya melacak ancaman internet, tetapi juga secara aktif menanggulanginya. Keduanya, bersama teman sekelas, mulai menyusun rencana bisnis.
Rencana bisnis awal mereka sempat diberi judul “Project Web Wall”, namun nama tersebut kurang menarik. Seorang teman lantas menyarankan konsep untuk menciptakan “firewall di cloud“, yang kemudian melahirkan nama Cloudflare. Nama tersebut, menurut para pendirinya, terasa sangat tepat dan langsung melekat.
Dengan Matthew dan Michelle menyempurnakan rencana bisnis di Harvard dan Lee Holloway membangun prototipe pertama di California, Cloudflare berhasil memenangkan kompetisi Rencana Bisnis Harvard Business School yang bergengsi pada April 2009.
Setelah lulus, ketiga pendiri—Matthew Prince, Michelle Zatlyn, dan Lee Holloway—berkumpul di Palo Alto, California, dan menghabiskan musim panas untuk menyempurnakan prototipe tersebut. Pada November 2009, Cloudflare menyelesaikan pendanaan Seri A.
Keamanan Tanpa Mengorbankan Kecepatan
Merekrut tim di awal peluncuran produk selalu menjadi tantangan. Namun, satu hal yang menyatukan tim pertama Cloudflare adalah misi utama mereka: membantu membangun Internet yang lebih baik.
Awalnya, fokus Cloudflare adalah pengamanan situs web. Kekhawatiran terbesar investor adalah bahwa solusi keamanan ini akan menimbulkan latensi atau perlambatan akses. Tim Cloudflare pun terobsesi untuk menghilangkan latensi tersebut.
Saat diluncurkan secara beta privat pada Juni 2010 kepada anggota komunitas Project Honey Pot, hasil yang didapat mengejutkan. Pengguna melaporkan bahwa Cloudflare tidak hanya melindungi mereka dari penjahat daring, tetapi situs mereka juga dimuat rata-rata 30% lebih cepat.
Hal ini terjadi karena efisiensi sistem Cloudflare, kemampuan caching untuk sumber daya statis, dan pembersihan lalu lintas sampah (traffic). Cloudflare lantas menawarkan proposisi nilai ganda: keamanan dan kinerja luar biasa.
Pada 27 September 2010, Cloudflare resmi diluncurkan ke publik di acara TechCrunch Disrupt, menandai dimulainya perjalanan perusahaan yang kini telah membuka puluhan produk, ratusan fitur, dan mengoperasikan ratusan pusat data di seluruh dunia untuk jutaan pelanggannya.
