Prospek Saham BBYB: Antara Sentimen FTSE & Akrobat Akulaku Jelang Right Issue
Tempias.com, JAKARTA – Saham PT Bank Neo Commerce Tbk (IDX: BBYB) memasuki babak baru mulai Senin, 21 Maret 2022 ini. Hal ini menyusul masuknya saham BBYB dalam indeks yang disusun Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell.
Dalam list terbaru yang dibuat untuk anggota Indeks FTSE Global Equity Series Asia Pacific Ex-Japan Ex-China yang berlaku efektif 21 Maret ini, saham BBYB masuk dalam kategori Small Cap bersama saham emiten batubara HRUM. Sementara saham KREN yang sebelumnya masuk dalam daftar Small Cap FTSE kini terdepak dari list.
Masuk dalam list Small Cap FTSE rupanya diikuti dengan kenaikan harga saham BBYB. Dalam dua pekan terakhir, harga saham BBYB telah naik 12,5 persen dari Rp 1.955 pada Selasa 8 Maret 2022 menjadi Rp 2.200 pada penutupan perdagangan Jumat, 18 Maret 2022.
Selain itu, pada akhir perdagangan, asing tercatat melakukan net buy sebanyak Rp 142,17 miliar. Sedangkan secara year to date asing tercatat net buy sebanyak Rp 244,24 miliar.
FTSE adalah indeks saham di Bursa Saham London yang dimiliki group FTSE. Karena pengaruhnya yang cukup luas di pasar saham global, indeks FTSE seringkali dijadikan salah satu rujukan para investor global dalam memilih perusahaan untuk investasi. Hal ini disebabkan FTSE memiliki kriteria ketat dalam menyeleksi emiten yang masuk dalam list.
BACA JUGA: Beda Jurus Bank Neo Commerce (IDX: BBYB) dan Aladin (IDX: BANK) ‘Kuasai’ Bank Digital
Menanggapi masuknya saham BBYB ke dalam indeks FTSE ini, Head of Corporate Secretary Agnes Fibri Triliana menyatakan hal ini merupakan bentuk adanya kepercayaan pasar tidak hanya lokal tetapi global terhadap kinerja usaha Bank Neo Commerce. Agnes yakin emiten yang dimasukan dalam indeks FTSE dipercaya memiliki potensi perkembangan yang solid dalam jangka panjang serta potensi imbal hasil yang menarik untuk dipertimbangkan bagi investor.
“Manajemen melihat hal ini juga karena tingkat kepercayaan investor di pasar lokal maupun global semakin meningkat untuk outlook pertumbuhan, serta perluasan dan perkembangan rencana bisnis bank kedepannya,” ujar Agnes pada Tempias.com Jumat, 18 Maret 2022.
Menurut Agnes, masuknya BBYB dalam kategori small cap akan memberikan sentimen positif terhadap saham BBYB di pasar modal. Selain itu, kepercayaan ini juga menjadi motivasi bagi perusahaan untuk bertumbuh lebih baik.
“Kami melihat digital bank memiliki prospek yang cerah dengan perubahan serta kemudahan dan konektivitas dalam melakukan transaksi perbankan dan finansial ke depannya,” jelas Agnes lagi.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan aplikasi Bank Neo telah digunakan oleh lebih dari 15 juta pengguna. Dari total ini jumlah aktif user di atas 5 juta dengan total transaksi mencapai Rp 34 triliun pada akhir kuartal IV/2021. Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan berbagai inovasi yang dilakukan dalam memanfaatkan ekosistem Akulaku.

Saat ini PT Akulaku Silvrr Indonesia merupakan pemegang saham pengendali dari Bank Neo Commerce dengan kepemilikan saham 25,32 persen. Akulaku ditetapkan menjadi pengendali baru BBYB melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada Oktober 2021 lalu.
“Bagi kami brand dan fondasi yang solid menjadi suatu kekuatan untuk kami bisa riding on the way, Kami dengan pemegang saham pengendali yang juga partner kami yaitu Akulaku Group memanfaatkan serta menggunakan pengalaman yang telah mereka lakukan sejak 2016 sebelum pandemi,” ujar Tjandra.
Salah satu bentuk inovasi yang disadur Bank Neo adalah mengembangkan digital landing. Lini pembiayaan digital ini dikembangkan dengan memanfaatkan ekosistem Akulaku. Selain itu BBYB kata Tjandra juga memprioritaskan pemanfaatan digital dalam berbagai lini usaha.
BACA JUGA: Jreng, Jumlah Saham Emiten Batu Bara BUMI Makin Banjir, Ada Apa?
Akrobat Akulaku
Di tengah kabar masuknya saham BBYB dalam indeks FTSE, Akulaku yang menjadi pemegang saham pengendali juga berakrobat di lantai bursa. Startup yang terafiliasi dengan Alibaba Group itu tercatat rajin memborong saham BBYB.
Sepanjang Januari-Maret 2022, Akulaku telah memborong 32,12 juta lembar saham yang dimulai sejak 19 Januari 2022. Dengan begitu kepemilikan saham Akulaku di BBYB naik dari 24,98 persen pada akhir 2021 menjadi 25,32 persen per 18 Maret 2022.
Bila dilihat dari data perdagangan sejak awal tahun (year to date) Akulaku telah memborong saham BBYB pada harga di kisaran Rp 1.785 hingga Rp 2.690. Pembelian ini dilakukan dalam 25 kali transaksi
Akrobat Akulaku memborong saham BBYB ini dilakukan seiring dengan adanya rencananya Bank Neo Commerce untuk menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue. Semula, rencana right issue ini akan dilakukan pada triwulan I 2022 namun diundur dan direncanakan akan berlangsung pada triwulan II/2022.
Dalam keterangan kepada Bursa Efek Indonesia, manajemen BBYB menyatakan pelaksanaan right issue akan dilakukan untuk mendapatkan tambahan dana guna memenuhi tercapainya modal inti minimal Rp 3 triliun yang diwajibkan pada perbankan pada akhir 2022. Lewat right issue ini, BBYB rencananya akan melepas saham baru dengan target dana Rp 5 triliun.
Sebelumnya, pada 2021 Bank Neo Commerce telah melakukan dua kali right issue dengan mengantongi dana Rp 249,8 miliar pada PMHMETD IV, dan Rp 2,5 triliun pada right issue V. Dengan dua kali aksi korporasi ini, pada Desember 2022 BBYB memiliki modal inti Rp 2,8 triliun di atas ambang minimum Rp 2 triliun yang disyaratkan OJK. (Ira Guslina)
